Tahun ajaran baru sudah dimulai sejak Senin (14/7) selumbari. Kendaraan 'siternakteri' mulai memadati jalan. Sebelum kebacut paragrap awal ini berhenti di titik, baiklah dijelaskan makna 'siternakteri' adalah akronim dari 'suami pengantar anak & pengantar istri' di pagi hari menuju sekolah anak dan tempat kerja istri. Aslinya sih antar jemput.
Saya sudah selesai dengan urusan 'ternakteri' itu. Anak-anak sudah bekerja, istri juga sudah pensiun. Tinggal leha-leha saja, pagi sekali jogging keliling perumahan hingga tubuh menghangat, ada kalanya berkeringat tipis-tipis. Lalu, singgah beli gorengan, sayur matang dan lauknya. Tiba di rumah, istirahat mendinginkan badan yang terasa lumayan sumuk.
![]() |
Pemandangan di SDN 1 Gedungmeneng, Rajabasa di hari pertama masuk sekolah, SD ini hanya dapat 5 murid baru (tribunlampung.co.id) |
Merebus air kemudian bikin kopi. Ngopi berdua istri sambil ngemil gorengan tadi. Sayur dan lauk matang sudah sedia, tinggal menanak nasi saja. Ada kalanya pergi jika ada urusan yang mesti diselesaikan sambil sekalian makan di luar. Begitulah aktivitas saya dan istri 'menikhidup' di usia senja agar senantiasa sehat.
Lalu, yang agak serius adalah pekerjaan menulis. Jika ada even nubar --nulis bareng-- antologi puisi, saya berkutat di depan laptop menyiapkan naskah, diedit ulang, dan mengirimkannya. Yang jelas, menyiapkan tulisan untuk kegiatan blogging ini, niscaya tak akan saya lewatkan. Menulis tiap hari agar tak lekas pikun.
Innalillahi kok ada SD yang hanya mendapat 5 murid. Waduh, miris sekali masa depan institusi pendidikan kita. Mau dibubarkan, lantas gedung sekolahnya buat apa tho? Mau terus dipertahankan, SD kurang murid akan membuat kegiatan belajar dan mengajar kurang efektif apalagi efisien. Mutu pendidikan lesu darah.
Komentar
Posting Komentar