Akhirnya tabung gas 12 kilo itu “merantau” juga setelah sekian tahun dipelihara oleh ibu asuhnya, dapur rumah minimalis itu suwung ditinggalkannya. Ceritanya, kemarin siang toko pangkalan elpiji mengajak pemilik rumah barter tabung 12 kg dengan 2 tabung melon. Cucoklah, daripada tidak dipakai, kesepian seperti jomlo.
Nggak kuat lagi, Wak, kata si empunya rumah. Elpiji
12 kilo itu peruntukannya seyogianya buat industri besar atau paling tidak industri
rumah tangga. Tapi, fakta di lapangan banyak rumah makan besar mengonsumsi
elpiji tabung melon sebagai bahan bakarnya memasak sehari-hari.
![]() |
| tamat riwayat tabung 12 kilo ini, "merantau" jauh. |
Fakta lain, di lapangan, rumah
tangga menengah ke atas pun menggunakan elpiji tabung melon untuk aktivitas
masak memasak yang dilakukan ART mereka. Seyogianya peruntukannya untuk masyarakat
miskin, jelas-jelas tertulis di tabung. Tapi, apa lacur, orang kaya raya pun menikmati.
Gonjang-ganjing elpiji langka, jadi warna suram kehidupan masyarakat Indonesia. Apakah cuma permainan cukong atau benar-benar langka, itu ramai menjadi perbalahan di meja diskusi, media sosial, warung angkringan oleh rakyat di bawah garis kemiskinan. Atau sekadar misuh-misuh.

Komentar
Posting Komentar