Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label esai ruwa jurai

Memadamkan Penasaran

Akhirnya buku esai “Membangun Lampung dengan Kearifan Lokal” kiriman dari Perpusnas RI tiba di Lampung. Dikabarkan Jauza Imani di WAG “Workshop Esai ILPN Lpg” tadi malam. Wah, girang alang kepalang kami 15 orang penulis esai yang terhimpun di dalam buku ini. Buku ini di- launching Perpusnas Press 3 Agustus 2024. Betapa panjang sejarah buku ini. Bermula dalam rangka Inkubator Literasi Pustaka Nasional (ILPN) Lampung 2023, Perpusnas Press bekerja sama dengan Dewan Kesenian Lampung (DKL) mengundang penulis di Lampung untuk ikut lomba menulis esai bertema “Membangun Ruwa Jurai dengan Kearifan Lokal Lampung.” Tumpukan buku dan kaos yang baru saja tiba di Lampung. (foto: Jauza Imani) Pengumpulan naskah (10 Juni–15 Juli 2023), penjurian (16–25 Juli 2023), pengumuman 15 naskah (27 Juli 2023), workshop penulis esai (3 Agustus 2023), revisi naskah ( self editing ) 6–13 Agustus 2023, pengumuman 3 terbaik (15 Agustus 2023). Senang dan bangga Provinsi Lampung mendapat kesempatan bersama 19 da...

Buku Esai Itu

Ilustrasi, image source: Pahamify Kemarin siang, pukul 12:58, selagi saya tadarus bakda salat zuhur, masuk pesan wasap dari Jauza, berkaitan dengan buku hasil lomba menulis esai ILPN yang ditaja oleh DKL bekerja sama dengan Perpusnas bulan Juli 2023. Woi , wes suwi iki . Saya pikir buku sedang dalam proses pencetakan dan penerbitan oleh Perpusnas, gak taunya baru mau diajukan ISBN dan karena itu dibutuhkan tandatangan di atas materai 10000 pada form yang harus diisi lengkap. Oalah , yak opo , Rek ! Oleh Jauza, saya yang diminta mengisi form tersebut sekaligus membubuhkan tandatangan di atas materai. Saya tutup kitab suci yang sedang saya baca kemudian melepas sarung mengganti dengan celana, lalu gegas ke gerai fotokopi. Saya buka form di layar PC lalu menuliskan apa yang diminta sesuai keterangan tertera di situ. Kemudian saya print dan menempelkan materai serta membubuhkan tandatangan. Saya scan  lalu mengirimkannya ke wasap Jauza pukul 15:53. Ada enam tulisan sudah...

“Selamat” Pagi-pagi

Saya sedang  nguduk  (maksudnya sedang makan nasi uduk) pagi tadi,  tingtung  nada notifikasi pesan  wasap  tertangkap telinga. Saya abaikan, namanya  nguduk , ya, mesti dinikmati, tho! Mesti dienak-enaki sampai habis. Setelah sepiring nasi uduk tandas saya nikmati, sehabis membayar baru saya buka  hape . Oh, pesan  wasap  yang   tadi   masuk di grup keluarga. Mengucapkan selamat  atas kemenangan saya, jadi juara 1 lomba menulis esai. Sambil ketawa sendiri, saya mengetik balasan. “Waduh, saya belum tahu, malah. Maturnuwun, tapi.” Setelah pesan balasan itu terkirim saya kantongi  hape .  Starter  motor pulang. Sampai rumah, baru kembali buka  hape . Di  fesbuk  dan IG, telah diunggah pengumuman resmi dari panitia lomba. Nama-nama “kita” peserta lomba di- tag . Tanda suka saya klik dan tulis komen. Di WAG Workshop Esai juga diunggah pengumuman resmi. Lagi-lagi, saya tidak menaruh ek...

Remah-remah Info

Ilustrasi foto milik kbbi.lektur.id Ada tiga catatan yang saya himpun hari ini. Sejak pagi mantengin radio Sonora, di samping lagu yang diputar banyak yang ngebit, info yang di-update berkala juga berguna khususnya bagi pengguna jalanan ibu kota. Info pertama , penyanyi Sinead O’Connor meninggal dunia di usia 56 tahun. Kabar meninggalnya dilansir pertama oleh The Iris Time. Sonora mengenang dengan memutar lagu Nothing Compares 2 U yang dulu hits. Sudah lama juga saya tidak mendengar lagunya. Bisa dikatakan lagunya jarang diputar oleh radio-radio yang kebetulan sering saya pantengin sehari-hari. Nggak nyangka dia akan meninggal di usia yang masih muda. Tidak diulas sebab kematiannya. Tetapi, pada tahun 2007, dalam The Oprah Winfrey Show dia mengungkap bahwa dia mengidap bipolar disorder atau gangguan bipolar, terpikir keinginan untuk mengakhiri hidup. Setahun terakhir Sinead memendam luka hati yang tak terobati sejak putra kesayangannya Shane tewas bunuh diri usia 17 tahun pad...

Ésais, Lho, Banyak Juga

Ilustrasi foto, credit picture: ACADEMIC INDONESIA Saya terakhir mencermati ‘laporan’ panitia lewat akun fesbuk dewan juri, Jumat (14/7) pagi sudah ada 20 ésai masuk. Jumat malam pukul 20:22 saya kirim ésai yang sudah selesai saya tulis sejak akhir Juni, tetapi ditunda mengirimnya. Sekaligus mengonfirmasi via  WhatsApp . Baru tadi siang kembali buka fesbuk, sesuai postingan Senin (16/7) pukul 09:25, terpantau 42 ésai masuk  surel  panitia.  Lho , banyak juga, ya, ésais yang ‘menangkap’ peluang untuk  ngeramikko guwai  (meramaikan hajat) Komite Sastra Dewan Kesenian Lampung. Mantap kali. Dengan begitu banyak peserta, untuk menyaring jadi 15 ésai yang akan dibukukan, dewan juri akan lebih selektif memilih. Maka, dibutuhkan waktu membaca, menggali narasi yang ‘dilambungkan.’ Wow, lebih dari separuh yang akan ‘disingkirkan’. Mubazir  nggak , ya? Tidak begitu sukar bagi dewan juri memilah memilih. Bukankah sudah ada panduannya, yaitu tema besarnya dan ...

Lagi, Lomba Esai

ilustrasi, credit picture: Event Hunter Indonesia Lagi, Komite Sastra Dewan Kesenian Lampung menaja lomba menulis esai. Ini tema besarnya, “Membangun Bumi Ruwa Jurai dengan Kearifan Lokal Lampung” dan beberapa tema turunannya, peserta dipersilakan pilih. Masa pengiriman naskah esai, 10 Juni – 15 Juli 2023. Pengumuman 15 naskah esai 27 Juli 2023, Workshop penulisan esai 3 Agustus 2023, Revisi naskah 6 – 13 Agustus 2023, Pengumuman 3 terbaik 15 Agustus 2023. Lagi, saya tergerak buat ikut, setelah memperhatikan tema besar dan tema turunan yang ditetapkan panitia. Esai sudah selesai saya tulis sejak akhir Juni, tetapi tidak langsung saya kirim. Saya ‘cek ombak’ dahulu. Ngintip siapa saja yang gercep . Dari laman facebook satu dewan juri bisa terlihat esai siapa dan judulnya apa. Semula ada empat esai, terus bertambah menjadi 11, 13, 17, dan hingga Jumat (14/7) pagi 20 esai masuk. Sewaktu hendak ke Jogja—Pacitan 7 Juli, semula saya hendak bawa laptop agar bisa mengirim esai dari...