Jangan Sakit Deh
“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain.
Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia
derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian
pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit
lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan
sakit kankernya.
Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari
meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan
demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda
Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis
dan terbit di Mojok.co.
Pemerintah menghapus kelas 1, 2, 3 ruang rawat inap dalam pelayanan BPJS
Kesehatan. Sebagai gantinya pemerintah menerapkan Kelas Rawat Inap Standar
(KRIS). Seluruh peserta BPJS mendapatkan pelayanan pengobatan yang sama, tetapi
berbeda dalam ruang rawat inap. Peserta kelas 1 mendapat ruang rawat inap yang “nyaman.”
Untuk itu mereka wajib membayar iuran lebih tinggi. Untuk kelas 2 dan 3
mendapat ruang rawat inap dan fasilitas di bawah kelas 1 karena membayar iuran
lebih rendah. KRIS membuat semua peserta mendapatkan fasilitas yang sama di
ruang rawat inap dengan kepadatan maksimal 4 tempat tidur dengan jarak
antartepi 1,5 meter.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin membantah kelas BPJS Kesehatan
dihapus. Menurutnya, yang benar adalah disederhanakan. Dengan kelas standar
berarti yang tadinya dirawat inap di kelas 3 bisa naik ke kelas 2 atau kelas 1.
Apa pun alasan, maksud, dan tujuan pemerintah, sebaiknya jangan sakit deh karena ongkos sakit mahal.
Komentar
Posting Komentar