Langsung ke konten utama

Hari Sastra Nasional

Kemarin, 3 Juli, Hari Sastra Nasional kembali diperingati. Tanggal lahir sastrawan Abdoel Moeis, 3 Juli 1886 yang jadi patok dasar penetapan. Abdoel Moeis kelahiran Sungai Puar, Agam, Sumatra Barat, dikenal sebagai penulis, jurnalis, nasionalis tokoh pergerakan. Ia menghabiskan setengah waktu hidup di Bandung hingga wafat pada tanggal 17 Juni 1959, dimakamkan Taman Makam Pahlawan Cikutra.

Sebagai penulis, Abdoel Moeis menghasilkan karya Salah Asuhan (1928), Pertemuan Jodoh (1932), Untung Suropati (1950), Robert Anak Surapati (1953). Karya terjemahannya adalah Sebatang Kara (karya Hector Malot, 1922), Don Kisot (karya Miguel de Cerpentes, 1923), Tom Sawyer Anak Amerika (karya Mark Twain, 1928), Tanah Airku (karya C. Swaan Koopman, 1950).

Ia dikukuhkan Presiden Soekarno sebagai pahlawan nasional yang pertama pada 30 Agustus 1959. Karena perannya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari Belanda. Memulai karir jurnalistik, ia bergabung dengan surat kabar De Preangerbode di Bandung pada 1905. Puncak karirnya sebagai jurnalis adalah jabata pemimpin redaksi surat kabar Kaoem Moeda.

Ilustrasi, pemilik gambar: sragen keren
***

Kemarin siang, saat menyambangi kawan semakan seketiduran di Jogja (1983--1986) di Mozy's Guest House, tempatnya jeda dalam perjalanan dari Krui pulang ke Jogja, saya selipkan waktu untuk corat-coret (bukan di kertas, tapi di WA) menulis puisi. Di sela obrolan, ada saja selinap kata lewat minta diajak mampir. Monggo, saya persilakan dengan menulis di 'kirim pesan untuk diri sendiri' pada WhatsApp.

Saya tidak membiasakan menulis di aplikasi catatan (note). Langsung di 'kirim pesan untuk diri sendiri' pada WhatsApp agar bisa saya pindahkan secara cepat ke laptop dengan membukanya di WA web. Setelah dalam bentuk word akan lebih mudah untuk menyuntingnya. Di samping menangkap kata-kata yang lewat, yang lebih serius adalah nenulis untuk postingan blog kemarin, berjudul "Ketika Kita Tua".

Pagi tadi, seperti sudah saya janjikan kepadanya, saya antarkan ia ke stasiun Tanjungkarang, pusat pemberangkatan bus Damri menuju Jakarta (GBR), Bandung Kaung (KWG), Bogor (BGR). Tiket business class yang berangkat dari pool Damri Rajabasa sudah sold out. Musim libur sekolah ini cepat sekali full booked, executive class pun kebagian kursi agak ke belakang. Pesan tiket manual kalah dengan online.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

JULI

Bulan Juli lingsir ke ujung cakrawala, banyak momen penting yang ditinggalkannya. 23 Juli 2025 Perpustakaan Nasional Press (Perpusnas Press) RI merayakan HUT ke-6 bareng dengan peringatan Hari Anak Nasional. Di negara kita, HAN tanggal itu. Hari Anak diselenggarakan berbeda-beda di berbagai tempat di seluruh dunia. Ada Hari Anak Internasional diperingati setiap tanggal 1 Juni. Ada pula Hari Anak Universal, diperingati setiap tanggal 20 November. Negara lain pun memiliki hari anak sendiri-sendiri. Ilustrasi, kalender meja (picture: IStock) Pemerintah melalui Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, akhirnya  menetapkan 26 Juli sebagai Hari Puisi Indonesia. 13 tahun sastrawan dan seniman berjuang meraih pengakuan atau legalitas itu sejak kali pertama dideklarasikan di Pekanbaru. Adalah Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri yang menginisiasi deklarasi HPI bersama 40 sastrawan, seniman, dan budayawan dari berbagai daerah Indonesia. Deklarasi hari puisi Indonesia ...