Selain membeli kopi Gayo, ternyata istri juga membeli bumbu rujak Aceh sebagai oleh-oleh tour sumatra, makanya sehabis mereset ATM di bank karena pernah keseleo jari memencet kode PIN yang salah, kami mampir dulu Pasar Smep Bambu Kuning membeli buah-buahan untuk bahan meracik petis.
Di jalan-jalan, mudah dijumpai pedagang jambu. Ada jambu air, ada jambu kristal, dijajakan oleh pedagang di tempat strategis. Dahi trotoar adalah pilihan yang paling disuka mereka. Pengendara motor atau mobil yang tertarik tinggal pencet lampu sign kiri, menepi lalu tanya harga, tawar menawar. Apabila cocok, beli.
Sebelum ke bank kami berdua sarapan dulu di Jl. Sultan Agung. Soto Boyolali pagi-pagi enak juga. Tapi, sebagaimana kegaliban, saya mual sehabis makan. Pelataran dan dalam bank ada meja yang menyediakan kopi, cramer, gula, dan teh berikut dispenser air panas. Tombo ngantuk nasabah.
Jadi pengin ngopi buat menghilangkan mual, tapi kata istri nanti saja (maksudnya dia setelah urusan mereset ATM dan print out buku tabungan selesai). Eh, begitu selesai kok langsung keluar dan pulang. Untung sisa kopi pagi di rumah masih, seruput itu saja. Meskipun dingin, kopi gula aren masih nikmat.
Jadinya, sambil makan petis hasil rajangan sendiri, saya menyeruput kopi gula aren dingin itu. Bumbu petis dan kopi Gayo dari Aceh, rupanya kelop juga dipadupadankan. Cocok pula deh buat dikontenkan menjadi cerita (ringan dan berkesan) di sini. Walau, setidaknya hanya terasa berkesan bagi saya doang.


Komentar
Posting Komentar