Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label mudik

Elegi Rindu pada Ibu

“Cungkup Makam Ibu” Zabdidi Yakub terhimpun dalam buku  “Terkenang Kampung Halaman – Ingatan-Ingatan pada Tanah Kelahiran” diterbitkan Sijado Institute, Bandar Lampung, 2024. Pada dua postingan sebelumnya, “Kardus Kosong Cucu” dan “Krécék Nénék” inti ceritanya sama, yaitu seputar ihwal mudik lebaran di kampung halaman. Bagi perantau di kota, mudik di hari raya adalah momen untuk menautkan rindu antara anak dengan orang tua. Bagi yang sudah berkeluarga, mungkin juga melibatkan rindu cucu kepada nenek dan kakeknya. Rindu yang selama satu tahun dirawat, dari hari raya tahun kemarin hingga hari raya tahun ini, baik oleh anak (juga cucu) di tanah rantau serta orang tua (ayah dan ibu) di kampung halaman, saatnya dilebur saat mudik , sewaktu bertemu di hari raya. Meleburkan rindu anak (juga cucu) dan orang tua (ayah dan ibu) itu, persoalannya tidak semua orang bisa melakukannya. Bagi yang masih memiliki orang tua, persoalan berat untuk bisa mudik adalah  “ waktu ” . Masa cuti ...

Krécék Nénék

Kaleng biskuit jenama satu ini pintar banget mengecoh tetangga. Mereka kira asli, gak tahunya berisi krécék nénék. (foto: istimewa) Banyak orang luput memahami makna, bahwa mudik ke kampung halaman pada Hari Raya Idulfitri adalah momen penting yang sedapat mungkin janganlah diabaikan. Terutama bagi mereka yang masih punya orang tua, utamanya ibu yang pada kedua telapak kakinya terletak surga. Sebagaimana sering kita dengar pada kultum ustaz sebelum salat Tarawih, khutbah jumat, ceramah ustaz pada perayaan hari besar Islam atau kita tonton di YouTube, bahwa sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadisnya, “Surga itu terletak di bawah kaki ibu, maka berbaktilah kepada ibumu.” Rasulullah SAW bersabda kepada Mu’awiyah bin Jahimah As-Sulami, “Berbaktilah kepada ibumu (lebih dahulu) karena sungguh ada surga di bawah kedua kakinya!” Itu peristiwa saat Mu’awiyah menyampaikan keinginannya ikut berperang bersama Rasulullah SAW dan mohon nasihat Rasul SAW. Rasulullah SAW lalu bersabda kepada Mu...

Kardus Kosong Cucu

Sepagi ini, tepat di pertengahan Ramadan, notifikasi di WAG RT menggelitik untuk dibuka. Dua anggota WAG meng- share link facebook , cuplikan video berisi cerita tentang mudik  berlebaran ke kampung halaman dan tentang seorang ibu, “sumur berkah” anak-anaknya. Satu video menggambarkan keluarga muda memiliki satu orang putra, si putra rindu sekali  mudik ke rumah neneknya, ia terlihat gembira dan sibuk keluar masuk rumah menenteng kardus seolah membawakan oleh-oleh buat si nenek, padahal kardus itu kosong belaka. Mengapa kardus kosong? Karena keluarga muda itu masih belum mapan. Ini menggambarkan bahwa tidak mesti setiap orang yang merantau ke kota itu niscaya bakal berhasil dan menemukan kemapanan. Gambaran yang memukau orang untuk merantau. Setelah keluarga muda itu sampai di kampung dan disambut sang nenek, nenek merasa aneh kardus yang disambutnya dari tangan sang cucu kok terasa enteng. Keanehan itu terekspresi pada keheranan di wajah nenek yang tidak bisa d...

Mudik ke Jati Diri

Ilustrasi mudik, image source: Kompas.com Salah seorang teman jemaah masjid habis magrib tadi kutanya apakah akan mudik. Insya Allah, jawabnya. Di televisi sore tadi, diberitakan stasiun Pasar Senen dipadati calon penumpang. Mereka adalah orang-orang yang ingin mudik lebih awal. Seperti biasa, para penjual jamu dari Wonogiri dan sekitarnya yang punya tradisi mudik lebih awal itu. Selama bulan puasa mereka tak jualan. Karenanya, daripada tetap tinggal di Jakarta, mereka memilih lebih baik pulang kampung saja. Di masa pandemi Covid-19 (2020—2022), sebelum pemerintah menetapkan larangan mudik, mereka sudah berangkat lebih dahulu. Ketika pemerintah menerbitkan peraturan larangan mudik, mereka sudah berada di kampung, tenang beristirahat. Ada juga yang mudik sebelum puasa tujuannya untuk ziarah ( nyekar ) ke makam orang tua dan leluhur serta kerabat yang sudah berpulang. Yang tidak pulang, ziarahnya hanya dalam batin, lewat doa yang dilangitkan semoga lapang kuburnya. Cara mengejawa...