Langsung ke konten utama

Kopi Gula Aren

Doodle Google hari ini, Kamis (15/7/2025), sikit menarik, banyak menggelitik. Terbaca tulisan ini, "Celebrating Kopi Susu Gula Aren" This Doodle celebrates kopi susu gula aren, Indonesia's beloved modern coffee drink, sweetened with traditional gula aren (palm sugar).

Nah, bicara gula aren, di swalayan saya temukan ada beberapa merek. Ada yang mengusung merek dari jenama swalayan itu sendiri. Ini strategi bisnis yang semacam hilirisasi. Menyematkan nama swalayan pada suatu produk sebagai merek, itu bagian dari core bussiness. Produks dikemas merek swalayan.

Doodle Google, 15/7/2025

Agak lama saya setia kepada kopi minus gula. Kopi pahit di lidah saya terasa manis. Sekarang sedang setia pada kopi gula aren. Gula aren merek apa yang saya pakai, melalui proses coba yang ini, coba yang itu. Memperhatikan bahan bakunya, ada yang asli aren dan ada yang hasil modifikasi beberapa bahan.

Pernah mencoba suatu merek, setelah saya cermati, ternyata itu butiran gula putih yang diproses entah dengan cara apa dan bagaimana sehingga seperti bubuk gula aren. Ada indikasi gula pasir dicampur karamel coklat. Tentu saja saya tinggalkan, berganti merek lain dengan membaca ingredients di kemasan.

Doodle Google hari ini merayakan kopi susu gula aren. Susu juga banyak rupa dan mereknya. Ada susu bubuk instan dan bubuk full cream. Ada susu cair full cream. Untuk susu kental manis (skm) diolah dengan menghilangkan air dari susu sapi dan ditambahkan gula. Tidak disebut susu, tapi disebut kental manis. 

Ada susu hasil pasteurisasi, yaitu dipanaskan pada suhu tertentu untuk membunuh bakteri berbahaya dan mikroorganisme lain yang dapat menyebabkan penyakit. Ada pula susu fermentasi, yaitu produk susu yang diolah melalui proses fermentasi dengan bantuan asam laktat. Yang ini disebutnya yoghurt.

Nah, kopi susu gula aren yang dirayakan Google ini kira-kira kopi yang dicampur susu jenis yang mana. Kafe-kafe atau kedai kopi jenama populer biasanya menggunakan susu cair full cream. Untuk pemanis, diserahkan kepada pembeli. Ditawarkan pilihan gula putih, gula aren atau less sugar. Panas atau dingin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...