Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label terkenang kampung

Edited

image source: chegos.pl Saya punya naskah yang 2742 kata atau 19000 karakter itu, saya kirim pada 4/11 pukul 22:42. Saya tunggu apa kata admin penyelenggara nulis bersama. Hampir satu bulan, saya pikir sudah tidak perlu lagi saya edit ulang karena admin penyelenggara adalah para editor. Eh, ternyata oh ternyata, saya diminta mengedit ulang. Tadi malam pukul 20:19 UZK mengirim pesan WA yang intinya meminta saya memendekkan tulisan menjadi hanya 700 kata atau 5000 karakter. Lah , piye , tho . Tak kiro sampeyan para admin penyelenggara cum editor yang akan mengeditnya sendiri. Yo , wes . Ngecik ’ i bala uji wong Palembang, laju bae saya mengedit ulang. Saya hidupkan laptop lalu membaca sekilas bagian yang bersesuaian dengan judul tulisan. Mulai delete kata demi kata dan kalimat yang tidak perlu bahkan paragraf yang tidak usah ada dong deh . Lumayan sulit mengepaskannya menjadi 5000 karakter. Alhasil bisa akan tetapi. Ujungnya jalan cerita jadi memendek. Setelah selesai, saya c...

33 Bermakna Pahala

Kemarin, Minggu, 26/11/2023, pukul 11:22, Pak Udo Z Karzi menyampaikan woro-woro di WAG “Antologi Kampung Halaman Kita” bahwa (fix) ada 33 penulis yang tergabung dalam antologi “Terkenang Kampung Halaman: Ingatan-Ingatan pada Tanah Kelahiran.” Akhirnya, dari 46 nama (semula) yang menyatakan bakal ikutan menulis buku bunga rampai “terkenang kampung halamam”, hanya 33 nama yang dinyatakan sebagai balon (bakal calon) peserta yang sampai batas waktu deadline (berakhir) telah mengrimkan naskah. Berarti ada 13 nama yang entah mengapa hingga batas waktu deadline tamat, tidak kunjung mengirimkan naskah. Padahal, kalau saja semua 46 nama itu ikutan, pasti cerita kenangan akan kampung halaman lebih variatif, penuh kejutan, dan mengayakan nostalgi. Angka 33 bukan sekadar jumlah. Bagi umat muslim, angka 33 itu bermakna pahala. Merapal zikir tasbih, tahmid, dan takbir masing-masing 33 kali itu meraup pahalan yang berlimpah. Akankah 33 penulis itu juga akan memberikan pencerahan yang berlimpa...

"Negeri Ujung Pulau"

Senin pagi kemarin lusa, pukul 09:03, saya mengirim pesan WA kepada Hilya, konfirmasi bahwa malam tadi saya telah mengirim naskah tulisan untuk ikutan bercerita tentang kampung halaman, pada pukul 09:39 saya dimasukkan anggota WAG "Antologi Kampung Halaman Kita" oleh admin WAG, UZK. Wow, dalam WAG yang dibikin UZK 11 Oktober itu ternyata sudah berkumpul 40 penulis, saya ke-41. Siapa dominan? Sepertinya seimbang antara laki-laki dan perempuan. Artinya, di "kota" Lampung ini bila disediakan wadah, niscaya muncul penulis-penulis berbakat menunjukkan kemampuan menulisnya. Setelah Komite Sastra DKL bekerja sama dengan Perpusnas Press menggelar lomba menulis esai Juni 2023 silam, yang diminati 42 esais, sepertinya ajakan kolaborasi menulis cerita tentang kampung halaman, ini juga diminati 40 lebih penulis. Tampaknya benar, "negeri ujung pulau" ini memang gudangnya penulis. Narasi lain tentang "negeri ujung pulau" seperti yang dikatakan Nirwan Dewanto, ...

Confirmation

Credit picture: pixabay Pagi tadi pukul 09:03 saya kirim pesan confirmation tentang naskah cerita "tentang kampung halaman" yang saya kirim tadi malam. "Semoga tidak kecegat deadline ." Begitu yang saya sampaikan kepada ybs. Setelah pesan terkirim saya abaikan kira-kira balasan apa yang akan saya terima kemudian. Atau jangan-jangan nggak dibalas seperti ketika kirim pesan ke cc: Dirjen sebuah Kementerian beberapa waktu lalu. Ups... ternyata bukan hanya saya saja yang tidak dibalas, melainkan teman-teman lain mengalami hal yang sama. Kejadian menggelikan, ada, ya, orang merasa "tidak penting" untuk memberikan balasan. Anda itu pegawai Dirjen lho , Mbak N, kok , ya, pesan WhatsApp orang nggak dibalas. Piye , tho . Apa nggak punya narasi sekadar buat berbasa basi. Untung saja bukan pegawai BUMN yang punya jargon "akhlak" itu. Ah, itu buat tambah-tambah pengalaman pahit saja. Bahwa tidak semua hal mesti kita dapatkan sesuai ekspektasi. Maka, ti...

Kampung kecil dan besar

Danau Ranau berhias siluet perahu nelayan pencari ikan. Inilah kampung halaman yang kusayangi. (foto: koleksi pribadi) Wa , iki ajakan yang penak tenan . Sama seperti diajak makan, apa iya ditolak. Tidak, kan. Kecuali ajakannya cuman basa-basi. Ajakan menulis tentang kampung halaman. Bercerita tentang ingatan-ingatan di masa kecil di kampung. Tetapi, apa, ya, bakal isi ceritanya. Karena sepulang dari Bali jatuh demam, maka di dekat-dekat waktu deadline saya baru mulai nulis. Begitu buka laptop 3 November malam langsung mengetik sekenanya, sadar-sadar sudah pukul 01 lebih, baru 1000 kata dari 5000 yang ditentukan. Wah, berat juga ini. Berhenti dan tidur. Besoknya, 4 November malam saya lanjutkan. Tapi, gak mungkin rasanya bercerita hingga maksimal 5000 kata. Hanya 2550 kata dalam 62 paragraf yang bisa saya dapat upayakan. Itu pun rasanya sudah semua diceritakan. Sudah deh , kirim saja sekarang. Dan, pukul 22:42 tadi naskah sudah terkirim ke e-mail dan nomor kontak person tempat konf...