Langsung ke konten utama

Baca 20 Buku, Lulus

“Literasi kita masih sangat rendah, karena itulah saya mewajibkan setiap siswa untuk membaca minimal 20 buku untuk memperkaya literasi siswa,” ujar Suhardi Duka, Gubernur Sulawesi Barat, Selasa (15/7/2025).

Gubernur Suhardi Duka menegaskan kebijakan ini bertujuan meningkatkan literasi di kalangan generasi muda di wilayahnya yang masih rendah. Siswa bisa dinyatakan lulus bila telah memenuhi kewajiban itu.

Ilustrasi, gambar: pergerakan Indonesia untuk semua

Masalah itu tertuang dalam surat edaran gubernur Suhardi Duka Nomor 000.4.14.1/174//11/2025, diterbitkan 5 Juli 2025, ditujukan kepada seluruh siswa SMA, SMK yang sederajat di Sulawesi Barat.

Wah, ide menarik itu. Tapi, “kewajiban” tersebut, bagaimana mengimplementasikannya di lapangan? Tolok ukur seperti apa. Mengetahui seorang siswa sudah membaca 20 buku, bagaimana caranya?

Banyak pertanyaan lahir dari benak saya. Tapi, tidaklah seorang gubernur punya gagasan tanpa melibatkan staf ahli sebagai tim perancang grand design, pelaksanaan, dan tata kelolanya di lapangan.

Menariknya, dari total 20 buku itu, dua buku yang wajib dibaca adalah buku tentang Andi Depu dan Baharuddin Lopa, tokoh lokal asal Sulawesi Barat. Andi Depu adalah seorang pejuang wanita Sulbar.

Ia berhasil mempertahankan Tinambung, Afdeling Polewali dari penaklukan Belanda. Pada 1942, ia mengibarkan bendera Merah Putih pada awal kedatangan pasukan Jepang di Tanah Mandar.

Baharuddin Lopa, mantan Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi. Tahun 1993-1998, ia duduk sebagai anggota Komnas HAM. Juga sebagai Jaksa Agung RI dari 6 Juni 2001 sampai wafatnya pada 3 Juli 2001.

Kebijakan tersebut akan didukung pemanfaatan dana BOS sesuai Permendikbudristek No.63/2023, yang mencakup pengadaan sarana dan prasarana serta penyediaan tenaga pengelola perpustakaan.

Soal perpustakaan, Gubernur memberi instruksi kepada setiap instansi pemerintah di provinsi maupun kabupaten/kota untuk menyediakan pojok baca atau perpustakaan mini di setiap kantor.

Agar perpustakaan terlihat hidup, setiap sekolah dari SD hingga SMA, serta madrasah, diwajibkan untuk mengagendakan kunjungan rutin ke perpustakaan untuk menumbuhkan minat baca di kalangan siswa.

“Ini adalah upaya menumbuhkan budaya baca sejak dini. Kami ingin siswa tidak hanya mengandalkan informasi dari teknologi, tetapi juga memperluas pengetahuan mereka melalui buku,” tegas gubernur.

Plt Kadis Pendidikan Sulbar Ali Candra mengaku belum mengetahui teknis pelaksanaan surat edaran Gubernur yang mewajibkan setiap siswa SMA dan SMK membaca 20 buku sebagai syarat kelulusan.

“Kita baru akan membahas teknis penerapan aturan kelulusan baru tersebut. Inti surat edaran itu, siswa dinyatakan lulus bila telah membaca 20 buku,” kata Ali Candra kepada Kompas.com, Jumat (18/7/2025).


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...