Langsung ke konten utama

Dunia Anak-anak

Setiap tanggal 23 Juli diperingati sebagai Hari Anak Nasional. Tahun ini jatuh hari ini. Saya membuat twibbon, lalu mempostingnya di Threads, menambah hiasan tagar #gelombangPHKmelanda.

Twibbon adalah bingkai foto digital yang didedikasi-kan untuk ditambahkan ke foto profil (kita) di media sosial untuk menunjukkan dukungan terhadap suatu graduation (acara), kampanye atau gerakan tertentu.

Twibbon Hari Anak Nasional, 23 Juli 2025

Saya juga memposting twibbon tentang HUT ke-6 Perpusnas Press, jatuh hari ini, 23 Juli. "Semoga jaya selalu, di masa yang datang memberi yang terbaik bagi negeri ini di bidang literasi," pesan ucapan saya.

Saya memposting tulisan di blog ini pada 29 Januari 2024 berjudul "Air Mata Anak-anak" menceritakan momen haru, perpisahan istri saya dengan anak-anak didiknya di SMPN 28 saat akan mulai pensiun.

Istri saya purnatugas. Setelah pensiun dia berlimpah waktu luang, kaya kesempatan untuk ikut kegiatan ibu majelis taklim, arisan kelurahan, koperasi merah putih, muslimat NU, dan pergi jalan-jalan tentunya.

Baru saja dia pulang dari "tour sumatra" bersama ibu-ibu pensiunan guru gabungan beberapa sekolah. Menjelajah Pulau Andalas, titik 0 di Sabang, museum tsunami, masjid Baiturrahman, dan beli kopi Gayo.

Dari bening mata anak-anak didiknya, yang cewek, airmata tumpah tiada tepermanai ketika dia ucapkan kata perpisahan. Anak-anak tak menyangka ibu guru yang mereka akui 'cara ngajarnya enak' itu, pensiun.

Kawan seperjalanan di "tour sumatra" itu pun seperti tak percaya kalau dia sudah pensiun. Melihat sekilas wajahnya, mereka menganggap belum pantas untuk pensiun. Efek hatinya senang. Ketawanya ngakak.

Twibbon saya di Threads

Ya, beberan kok, orang yang hatinya senang terus, terpancar pada cahaya wajahnya, terlihat seperti masih muda. Itu, orang menyebutnya inner beauty, karena bawaan pribadinya yang nrimo ing pandum.

Pada twibbon yang saya posting di Threads, saya menulis kapsi begini, "Berbahagialah hai anak-anak di masa kecil kalian, sambil menonton kakak-kakak kalian Gen Y dan Gen Z penyandang status NEET."

NEET (Not in Education, Employment, and Training). Yaitu tidak dalam posisi belajar (sekolah atau kuliah), tidak bekerja, dan/atau tak sedang magang/kursus. Sebagai dampak PHK masal, pengangguran masif.

Tapi, apa iya anak-anak kecil punya perhatian pada kakak-kakak mereka Gen Y dan Gen Z yang sekolah kagak, bekerja kagak, dan ikut pelatihan pun kagak. Kagak atau putus sekolah karena tak punya biaya.

Tidak punya biaya karena orang tuanya terkena PHK. Kakak mereka tak bekerja karena kena PHK dan sulit cari kerja baru. Problem sosial yang bagai lingkaran tak berujung atau bagaikan benang kusut tak karuan.

Walakin, wajar belaka anak kecil (adek-adek) seperti tak begitu peduli nasib kakak-kakak Gen Y dan Gen Z, bukan tidak punya empati, melainkan anak kecil asyik dengan dunianya sendiri. Dunia anak-anak.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...