Langsung ke konten utama

Tulang yang Terpisah


Hari pertama kami di kota kelahiran Pak SBY, ya, tentu saja mengunjungi Museum & Galeri SBY × ANI. Kesan saya, apa yang ada di dalamnya adalah saksi konkret cinta kasih Pak SBY kepada Bu Ani sejak masa muda hingga keduanya menua bersama lalu dipisahkan.

Catatan kiprah Pak SBY sejak masa taruna di Akmil Magelang hingga pelaku sejarah lahirnya reformasi nasional 1998 dilanjutkan reformasi TNI & Polri sesudahnya. Puncak momentumnya ketika Bu Ani mendampingi Pak SBY jadi presiden RI 2004-2014.

Banyak diorama yang menggambarkan tugas-tugas yang diemban Pak SBY sebagai militer, menunjukkan kapabilitas beliau yang berjiwa prajurit memang bisa dipertaruhan baik secara regional, nasional, maupun internasional. Luar biasa. Sungguh mengagumkan.

Kepulangan kami ke Pacitan kali ini selain buat bertemunya empat bersaudara mbak-mbak dan istri saya (ragil). Ada yang mengistilahkannya dengan "ngumpulke balung pisah." Bisa juga, karena mereka berempat beralamat tinggal secara terpisah-pisah.

Tulang yang terpisah itu hanyalah kiasan belaka bagi orang-orang yang hidupnya berjauhan dan hanya bisa berkumpul setahun sekali saat mudik lebaran atau libur semester. Kebetulan belaka, mereka berempat berprofesi sebagai guru semua (keluarga guru).

Habis ke museum dan galeri SBY × ANI, acara kumpul lanjut kulineran di pantai Pancer Dor serta jagongan. Lalu, malam ini tadi bakda magrib kami menghadiri undangan keponakan pada acara ultah ke 4 anaknya. Saya didaulat buat memimpin doa. Selalu begitu.

Selamat ulang tahun Arra

Ya, iyalah, doa yang baik-baik tentunya, semoga Arra sehat selalu dan panjang umur, tumbuh cerdas dan trengginas, jadi penyejuk pandang mata, jadi pengikat tali kasih antara papa & mamanya. Dan, semoga Allah SWT segera memberi adek agar ada teman berantem.


.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...