Langsung ke konten utama

Gen Z NEET

 

ilustrasi, image source: Kanalinspirasi.com

Ramai jadi perbincangan perihal mahalnya Uang Kuliah Tunggal (UKT) di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang menyamai Perguruan Tinggi Swasta (PTS). “Mending sekalian kuliah di swasta,” komentar penganut mazhab “mendang mending.”

Padahal, menurut teori human capital (modal manusia) investasi dalam bidang pendidikan merupakan investasi yang dalam jangka panjang kontribusinya dapat dirasakan. Pendidikan memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Teori human capital yang awalnya dirumuskan oleh Becker (1962) dan Rosen (1976) mengasumsikan bahwa modal manusia di bidang pendidikan merupakan faktor kunci dan dianggap sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi (engine of growth).

Modal manusia didefinisikan sebagai jumlah total dari pengetahuan, skill, dan kecerdasan sumber daya manusia yang dicapai melalui pendidikan. Masalahnya, tingginya nilai investasi bidang pendidikan di masa kini semakin sulit dijangkau.

UKT yang memberatkan orang tua sulit dipahami sebagai investasi yang kontribusinya akan dirasakan dalam jangka panjang ketika setelah terjun ke dunia kerja, penghasilan yang diperoleh demikian kecil karena tersandera aturan upah minimum regional (UMR).

Di satu sisi, UKT demikian memberatkan, di sisi lain, UMR begitu menyedihkan. Terjepit di tengah keduanya adanya Gen Z NEET (Generasi Z Not in Employment, Education, and Training) yang jumlahnya –cilaka 12– mencapai 9,9 juta (data BPS tahun 2023).

Menurut laporan Statistik Kesejahteraan Rakyat 2023 dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2023, ada 10,15% penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas yang sudah menamatkan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. (databoks.katadata.co.id)

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 8,43 juta jiwa pada Agustus 2022. Ada 673 ribu pengangguran lulusan universitas pada Agustus 2022. (databoks.katadata.co.id)

Statemen Kemendikbud melalui Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Prof. Tjietjik Sri Tjahjaandarie, Ph.D. sebut kuliah bukan wajib belajar, melainkan sifatnya pilihan. Padahal, syarat kerja di BUMN minimal S1.

Terang saja pendapat Tjietjik yang nyeleneh itu mengundang sorotan dan kritik pedas, viral dan memicu munculnya beragam komentar warganet di media sosial. “OKE GAS *jogetin sambil minum susu gratis dipojokan ????,” tulis akun @bram.ari.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...