Langsung ke konten utama

Pesan Mas Menteri

Mendikbud Nadiem Makarim (Foto: tangkapan layar Youtube Kemendikbud)

Mengambil tema “Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar”, Hardiknas 2024 merupakan momen tahun kelima bagi Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim mengawal pendidikan di Indonesia. Sosok yang akrab dipanggil Mas Menteri ini resmi dilantik sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 23 Oktober 2019.

Jabatan Mas Menteri akan berakhir pada Oktober 2024 nanti. Seiring dilantiknya Presiden dan Wakil Presiden periode 2024—2029 (Prabowo-Gibran) tentu akan terbentuk kabinet baru. Siapa yang akan ditunjuk jadi Mendikbudristek pengganti Mas Menteri Nadiem. Kepada penggantinya, Mas Menteri menitipkan “Merdeka Belajar”.  

Kebijakan “Merdeka Belajar” mencoba mendobrak keterbatasan yang dialami pelajar Indonesia. “Lima tahun terakhir ini adalah waktu yang sangat mengesankan dalam perjalanan kami. Gerakan Merdeka Belajar semakin menyadarkan kami tentang tantangan dan kesempatan untuk memajukan pendidikan Indonesia,” tutur Nadiem.

Melalui pidatonya pada upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2024 tadi pagi, Mas Menteri Nadiem mengenang perjalanan Merdeka Belajar selama lima tahun lamanya. Mas Menteri Nadiem menambahkan, mengubah sistem yang sangat besar bukanlah hal yang mudah. Banyak tantangan dan perjuangan yang harus kami hadapi.

“Bukan tugas yang sederhana mengubah perspektif tentang proses pembelajaran. Pada awal perjalanan, membuat perubahan butuh perjuangan. Rasa tidak nyaman menyertai setiap langkah menuju perbaikan dan kemajuan. Ketika langkah mulai serempak, dihadapkan pandemi, tantangan yang tak pernah terbayangkan,” kenang Nadiem.

Meski demikian, dampak pandemi mengubah proses belajar mengajar dan cara hidup secara drastis. Pada saat yang sama, pandemi memberi kesempatan untuk mengakselerasi perubahan. “Dengan bergotong royong, kita berjuang untuk pulih dan bangkit kembali menjadi jauh lebih kuat,” lanjut Mas Menteri Nadiem Anwar Makariem.

Di tahun terakhir sebagai Mendikbudristek, Nadiem mengucapkan terima kasih kepada para pemangku kepentingan yang mendukung gerakan Merdeka Belajar. Nadiem juga menitipkan agar Merdeka Belajar dilanjutkan. “Waktu bergulir membawa pada akhir masa pengabdian saya sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.”

Namun, ini bukanlah titik akhir. “Dengan penuh ketulusan, saya ucapkan terima kasih banyak atas perjuangan yang Ibu dan Bapak lakukan. Dengan penuh harapan, saya titipkan Merdeka Belajar kepada para penggerak perubahan yang tidak mengenal kata menyerah untuk membawa Indonesia melompat ke masa depan,” tandas Nadiem.


Sumber: detik.com, Kamis, 2 Mei 2024, 08:00 WIB


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...