Langsung ke konten utama

Argo Cheribon Pagi


Kereta Argo Cheribon berangkat dari Jatibarang pukul 07:17 dan tiba di Gambir pukul 09:37. Kereta yang nyaman sehingga meski kelas ekonomi, tapi karena ada kelas eksekutif juga jadi perjalanan tepat waktu, maka para calon penumpang harus on time agar tidak ketinggalan. Karena check in hotel baru bisa pukul 13:00 sementara perjalan Grab Car hanya 20 menitan termasuk macet dan kecegat di lampu merah, maka sebaiknya nunggu dulu di Gambir sambil cari sarapan.

Wajah Jakarta senja hari di luar jendela hotel.

Di-booking-in hotel oleh adek dekat Sarinah. Swiss-belHotel atau Swiss-bel Inn. Setelah check in salat lalu tidur hingga senja. Pulang kerja adek ke hotel, habis Isya kami ke Sarinah, cukup jalan kaki karena dekat. Ada live music menampilkan Nyoman Paul Fernando alias Paul Idol, penonton membeludak, maklum ini kan weekend pulang kerja para worker nggak langsung balik ke rumah, kongko dulu sama genk. Ada yang ngemal, kan pekan lalu gaji dah masuk rekening.

Bar hotel, minuman macam apa pun bisa kau pesan.

Akhir bulan usai gajian saatnya shoping di mal, begitulah karyawan di Jakarta, sesuailah mal di akhir bulan akan dapat pengunjung lebih ramai daripada hari biasa. Akan halnya Pasar Senen dan Tanah Abang mulai krisis pengunjung. Apalagi orang lebih suka belanja di TikTok yang lebih praktis, mudah, dan gak ribet karena bisa bayar di rumah alias COD. Tinggal menggoyangkan si jempol selesai semua transaksi, menunggu beberapa hari kemudian barang datang.

Zebra cross depan Sarinah

Paul Idol yang tadi manggung di selasar depan Sarinah, seorang penyanyi mantan pesepak bola ikut ajang pencarian bakat Indonesian Idol musim ke duabelas blasteran Swedia--Bali. Entah sampai pukul berapa ia tampil, penonton yang kebanyakan adalah karyawan pulang kerja entah sampai rumah pukul berapa. Senyampang weekend dan tabungan di rekening digitnya nambah buncit, baiknya mereka menghibur diri nyenengin hati sejenak biar fresh.

Pajangan yang menarik di Sarinah

Puas ngadem di Sarinah tadi, sambil jalan pulang ke hotel saatnya cari tempat makan malam, eh nemu 'bebek madura kaki 5' setelah dicoba lumayan juga, sambal ireng kan manis, tapi ada sambal bawang yang nendang, klop dah rasanya perfekto. Tapi, setelah QRIS ditempelkan barcode ketahuan kalau kaki 5 hanyalah brand semata. Sesuai rasa, begitulah harga. Yang rasanya murah barangkali program 'makan siang gratis' yang belum jelas itu.

Wajah Jakarta malam hari dari jendela hotel.


Perjalanan menutup Mei, 31 Mei 2024.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...