Langsung ke konten utama

Angin Laut Pantura

Ilustrasi, Pesona Pantai Karang Song, Indramayu, Jawa Barat (image source: Google Maps Didik N)

Ditutupnya pabrik sepatu Bata di Purwakarta, Jawa Barat, berdampak dirumahkannya ribuan karyawan, menganggur dan tanpa pemasukan buat belanja hari-hari dan untuk membiayai anak-anak sekolah. Patah tulang punggung sekian ribu kepala keluarga. Itulah kabar pedih dan menyedihkan minggu ini.

Dilakukannya ground breaking lahan 29 hektar di Desa Dukuhjati, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu (Jalan Raya Cirebon—Indramayu) menjadi kabar menyenangkan minggu ini. Di lokasi itu PT. Sun Bright Lestari akan membangun pabrik sepatu yang bakal memproduksi sepatu berbagai merek.

Ground breaking sukses dilakukan pada 2 Mei lalu, dihadiri Wakil Menteri Ketenagakerjaan RI Afriansyah Noor, Bupati Indramayu Nina Agustina serta CEO PT. Sun Bright Lestari, Mr. Mark Lin beserta Ms. Lin Liao Fang Chu. Nilai investasi yang bakal dibenamkan investor lumayan pantastis, sebesar Rp1,5 triliun.

Didirikannya pabrik sepatu oleh perusahaan yang berpusat di Taiwan ini, bak Angin Laut Pantura yang bertiup menyegarkan, bak Irama Tarling Dermayon merdu menggembirakan. Tentu saja, estimasi tenaga kerja yang bakal diserap oleh pabrik ini antara 4.000—5.000 orang (80% perempuan, 20% laki-laki).

Itu prediksi kebutuhan tenaga kerja yang bisa diserap pada awal operasi. Bupati Indramayu berharap hingga tahun 2026 tenaga kerja lokal yang diserap bisa mencapai 13.000 orang, lebih tentu lebih bagus. CEO PT. Sun Bright Lestari, Mr. Mark Lin mengatakan pabrik ini akan memproduksi puluhan merek sepatu terkenal.

Oleh karena itu, Mark Lin mengisyaratkan, secara bertahap sejalan dengan pertumbuhan, memungkinkan perusahaan akan menyerap hingga 22.000 tenaga kerja dengan proporsi sama seperti di tahap awal, 80% perempuan dan 20% laki-laki dengan skill menjahit sepatu dengan mesin jahit jarum 1 dan jarum 2.

Mungkinkah ada tenaga kerja lokal seputaran Dermayon yang memiliki skill seperti yang disyaratkan bisa mengoperasikan mesin jahit sepatu jarum 1 dan jarum 2 tersebut? Tentu dibutuhkan pelatihan sebagai persiapan agar bisa berkompetisi dengan tenaga kerja dari luar Dermayon yang sudah berpengalaman.

Sebagai antisipasi, Bupati Indramayu sudah memerintahkan Dinas Tenaga Kerja setempat berkoordinasi dengan kuwu (kepala desa) dan masyarakat setempat untuk mempersiapkan diri dalam pelatihan anak-anak agar mampu bersaing untuk bisa diserap sebagai tenaga kerja di pabrik sepatu PT. Sun Bright Lestari.


sumber: Harian Pelita News (3/5/2024)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...