Mempertautkan Soul Searching

Ilustrasi, pembaca Laskar Pelangi (Nina/Jawa Pos). 

Menulis adalah bagian dari soul searching kata Bre Redana, pensiunan wartawan Kompas yang esainya rutin saya baca di rubrik “Udar Rasa” Kompas Minggu. Dua bukunya “Silat, Surat Minggu Bersama Guru” dan “Menulislah Seumur Hidup” baru juga habis saya santap. Rasanya sama lezat dengan tulisan-tulisannya yang pernah saya baca di koran Kompas.

Soul searching, pencarian jiwa. Ya, jiwa yang sehat harus ditemukan dengan mencarinya, di mana letaknya, dengan cara bagaimana menemukannya? Menulis adalah cara saya mencatat peristiwa, cara saya mengekalkan teks-teks yang saya baca, cara saya menunda kepikunan, cara saya menolak lupa, cara saya menemukan (sikit jadilah) kepuasan batin.

Untuk menemukan jiwa yang sehat, carilah pada raga yang sehat. Raga atau fisik yang sehat akan memancarkan psikis yang sehat, mencerminkan akal yang berpikir jernih. Raga yang diberi asupan makanan bergizi dan bacaan yang memberi pencerahan, niscaya memunculkan jiwa yang sehat. Begitulah urut-urutan yang mempertautkan soul searching.

Blog ini saya jadikan medium untuk mencatat peristiwa dan mengekalkan teks-teks seperti yang saya katakan di atas. Karena itu, kaidah penulisan (walaupun bisa saja saya abaikan), tetapi tetap sangat saya perhatikan, terutama panjang kalimat dalam satu paragraf. Bahwa keterbatasan layar ponsel pembaca (yang kesasar ke blog ini) mesti saya akomodasi.

Membaca apa pun (buku, koran, media online seperti blog ini, dan bahkan media sosial –apa pun ragamnya– sedikit banyak bisa membantu “mempertautkan soul searching.” Karena itu, mengaplikasikan tagline Majalah Tempo: Enak Dibaca dan Perlu bukan sesuatu yang mudah. Bacaan yang mencerahkan pikiran, itu yang akan menuntun menemukan soul searching.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Angin Laut Pantura

Rumah 60 Ribuan