Langsung ke konten utama

Jembatan "Vina" Talun

Jembatan layang Talun, tempat jenazah Vina dan Eki dibuang setelah dibunuh genk motor.

Kami melewati jembatan Talun tempat jenazah Vina dan Eki diketemukan. Sepasang kekasih itu tewas dibunuh komplotan genk motor bersenjata bambu.

Kasus yang terjadi 2016 silam itu sudah "terkubur" dan viral setelah diangkat ke layar lebar. Konon ada 11 pelaku pembunuhan, 8 sudah divonis seumur hidup.

Produser film "Vina, setelah tujuh hari" pun dilaporkan ke Bareskrim Polri. Nah, merembet dah urusan. Bakal seru ending kasus ini nanti. Layak ditunggu ini nih.

Ada 3 pelaku dinyatakan buron, kemudian direvisi oleh kepolisian menjadi hanya 1 dan sudah ditangkap di Bandung berinisial PS, seorang kuli bangunan.

PS, di hadapan awak media usai konperensi pers berkeras menyatakan ia bukan pelaku pembunuhan. Apakah itu artinya polisi main asal tangkap saja?

Fakta di persidangan akan membuktikan apakah PS hanya ditersangkakan alias hanya jadi tumbal belaka? Kita nantikan hasil akhirnya. Bagaimana sebenarnya.

Deretan pilihan menu di Warung Roso Echo

Kami lewat jembatan Talun dalam urusan memburu kuliner di Cirebon. Opsi nasi Jamblang, sego lingko. Setelah rembukan akhirnya ke Warung Roso Echo.

Warung makan dengan sistem self service alias prasmanan, seterah mau pilih menu apa saja silakan ambil sendiri. "Apa maumu" tentukan sesuka hati.

Mantap kali bah. Pilihan menunya beragam, rasanya pun mantap. Pantas saja yang antre begitu sabar menunggu giliran. Tak ada yang pengin menyerobot.

Dua bus pembawa rombongan pelajar SMP Al Hidayah Lestari Jakarta goes to Jogja sedang singgah isoma di Roso Echo Cirebon.

Di pelataran, parkir diam menunggu 2 bus membawa rombongan pelajar SMP Al Hidayah dari Jakarta 'goes to Yogyakarta' yang sedang singgah istirahat di situ.

Nah, masih saja ada studi tour sekolah meski banyak kejadian kecelakaan bus yang mereka tumpangi hingga ada korban jiwa. Orang tua apa gak khawatir?

Khawatir tentu saja iya. Apalagi ini bus plat K, kok bisa sekolah di Jakarta menggunakan armada luar daerah, memangnya yang plat B (DKI) nggak ada apa?

Warung Tenda Nasi Jamblang Ibu Sami

Keinginan istri untuk mencoba nasi Jamblang terkabul malam ini tadi. Daripada dirundung rasa penasaran dan penyesalan lebih baik mencoba.

Hasilnya, agak gelo, sungguh tidak wort it, sekadar membandingkan dengan makan di Jogja kemarin, serasa kena tegik oleh penjual nasi Jamblang ini.

Sambil di perjalanan saya video-call dengan kawan lama selagi sama-sama di LE tahun 1998, mantan CEO Radar Cirebon yang kini menjadi dirut Disway.id.

Dia susah sungguh menebak siapa gerangan saya, sempat menyebut nama Revolusi, bukan kata saya. "Aduh, nggak bisa ngenalin, siapa, ya, katanya."

Ketika saya sebut nama, "Oh, Bapak tho, wah masih muda," selorohnya. "Saya kan nggak makan 'gajih' beda denganmu," kataku. "Ah, nggak gitu," elaknya.

Dahulu kami difasilitasi rumah tinggal (mess) oleh Jawa Pos Group. Kepadanya saya tanya kabar konco-konco --Hamid, Heru, Edi-- ternyata ia loss contack.

Kuhitung mundur ke belakang, 23 tahun kami loss contack. Wah, saya patut mensyukuri 'panjang umur' yang dianugerahkan Allah SWT. Alhamdulillah Rabb.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...