Langsung ke konten utama

Nge-goblog

Kerja ngeblog (nulis di blog) hari gini, dibilang gak ada manfaatnya, gak juga. Dikatakan ada manfaat, entah juga. Karena tautan link blog ini saya sematkan di semua media sosial (medsos) yang saya miliki, secara tidak sengaja atau iseng, orang yang kesasar dan singgah di medsos itu akan mengeklik tautan link itu dan (iseng juga) membuka-buka atau bahkan membacanya. Jumlahnya tidak sedikit lho.

Siapa mereka? Ya, ndak tau, kok tanya saya.

Tidak sedikit itu tersimpul dari perhatian saya ketika melihat grafik pengunjung (pembaca) blog fluktuatif, naik turun di kisaran 100--200an per hari. Dan, yang bikin saya tersandung (maunya sih tersanjung) yaitu jumlah pengunjung pada tanggal 26 September 2025, mencapai 841 views, dalam hati, saya bertanya, siapa sih orangnya yang serius bener mau mengobok-obok blog saya hari itu. Terima kasih lah sudah mau iseng.

Kalo cuma satu orang, ya, berarti serius tho, tapi kalo banyak orang, berarti memang iseng. Antara serius atau iseng, beda tipis tho. Bagi orang yang hobi baca (seperti saya) niscaya akan merasa dahaga terus dan mencari apa, ya, yang kira-kira bisa dibaca. Scroll X berjam-jam acap saya lakukan demi mencari bacaan apa yang bisa diseduh menjadi miunuman sehat.

Mencari apa yang bisa diseduh menjadi bacaan itu, dalam dunia blog disebut blog walking. Yaitu masuk ke link blog orang lain dan membacanya. Pada layar ponsel bila kita membuka Chrome kan muncul laman pencarian Google. Di bawah ada link situs web yang biasa kita buka atau kunjungi, ada 2, 3 hingga 10.

Nah, di ponsel saya, 10 link situs web. Apa saja? (1) blog post untuk saya menulis dan memposting di blog. (2) blog page untuk saya membaca postingan. (3) blog lama saya yang sudah tidak saya nafkahi. (4) blogombal. (5) Rusdi Goblog. (6) Ndobos. Ketiganya adalah blog tetangga tempat saya walking blog. (7) Wattpad saya. (8) yahoo.com, adiknya yahoo mail.

Yang ke (9) dan (10) temporary. Artinya, tidak tetap alias gonta-ganti bergantung ‘daripada’ apa yang saya seduh dan minum. Juga bergantung ‘daripada’ apa yang saya deleted sehingga hilang dan muncul situs web yang baru. Begitulah terus silih berganti seturut kesenangan saya “nge-goblog” (ngegombalin link yang tersemat di medsos orang di luar sana).



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...