Langsung ke konten utama

Selamat HBD, Yogya

Masuk pedestrian Jl. Malioboro bulan Juni 2020 di masa pandemi Covid-19, terbaca aturan mesti memakai masker. Pada beberapa titik pintu masuk, petugas penegak peraturan protokol kesehatan 3M berjaga-jaga. Siapa pun, orang yang akan masuk kawasan Malioboro, baik pejalan kaki maupun pengendara motor kudu memakai masker Pemotor yang kedapatan tak pakai masker, harus menerima risiko disuruh putar balik. Bayangkan, Malioboro yang jalan satu arah mesti putar balik, hendak lari ke mana. Maju ora oleh, mundur.........

foto hasil tangkap Instagram @wonderguljogja

Lengang nyaris tanpa kehidupan. Itu yang saya tangkap. Pengunjung hanya sedikit, pedagang di selasar depan pertokoan termangu tanpa ada yang berbelanja. Pergerakan ekonomi pedagang kaki 5 melambat, bahkan ada yang berhenti total. Yang biasanya dinamis berubah menjadi statis. Kota pelajar, kota budaya, kota pariwisata, dan apa lagi julukan yang melekat di ‘baju’ Jogja tertanggal dan nyaris ‘telanjang’ akibat dilucuti Covid-19 yang sulit dipahami, apa sih sesungguhnya penyakit ini.

Hanya moda transformasi publik yang boleh masuk Jalan Malioboro | Ig. @wonderfuljogja

Hari ini, Kota Yogyakarta berulang tahun ke-269. Di tanggal kelahirannya ini, selama 24 jam kawasan Malioboro full pedestrian atau tak boleh dilewati kendaraan bermotor. Mengutip info dari Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, yang diunggah di IG-nya, ini merupakan bagian dari langkah menuju Malioboro ramah pejalan kaki dan ruang budaya yang nyaman bagi semua pihak. Kok jadi seperti mengingatkan pada saat Covid-19, tapi dalam nuansa yang berbeda. Tentu saja berbeda rasa.

Selamat ulang tahun kota Jogja.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...