Dalam perjalanan dari Lampung menuju Solo, Pacitan, Jogja, Jember, Surabaya, Depok, dan akan balik lagi ke Lampung, banyak hal ihwal dilihat mata, dipikir kepala, dicerna hati. Terus jadi apa? Ada yang kutulis untuk blog dan ada juga jadi puisi, di stasiun Jember, Pasar Senen, dan Depok.
Perjalanan bukan hanya membawa pergi badan aja, melainkan juga hati. Tak hanya wisata jasmani, tapi juga rohani. Bukan untuk healing belaka, melainkan untuk heningkan perasaan yang jadi karat bagi hati. Perjalanan adalah upaya untuk membasuh hati agar sedikit bersih. Bisa menyerap kearifan dan nilai-nilai.
![]() |
| Ilustrasi, crop sampul buku kumpulan puisi Susilo Bambang Yudhoyono |
Dalam berjalan kita berjumpa banyak orang dengan karakter berwarna-warni dan adab berbeda antara satu dengan lainnya. Semuanya itu keluar dari jiwa dan raga orang berlainan suku, ras, etnik, bahasa, budaya, keyakinan, dan orientasi. Dipicu berbagai macam perbedaan, kerap berujung muncul friksi.
Hal itu bisa mungkin jika hati kotor. Tetapi, jika hati sering dibasuh dan dibersihkan, maka ada filter bagi arogansi diri. Bagaimana cara membasuh hati agar bersih? Yaitu, dengan cara memahami dan sungguh menyadari eksistensi diri, bahwa kita ini kecil di mata Tuhan Allah SWT. Kita sejajar kedudukannya.
Bukankah Allah SWT telah berfirman, "Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku." Quran Surat Al-Hujarat 13 menyebutkan, "Orang yang paling mulia di Sisi Allah SWT adalah orang yang paling takwa." Lalu, siapa mereka? Ialah orang-orang yang bersih hatinya karena taatnya.

Komentar
Posting Komentar