Langsung ke konten utama

Perjalanan

Jadi ingat dua tahun lalu, 19 Oktober 2023 saya menempuh perjalanan via pesawat Super Air Jet nomor penerbangan ICU 742 ke Bali untuk even Ubud Writers and Readers (UWRF) ke-20. Lalu, 22 Oktober 2024 saya ke Banyuwangi mengikuti even Jambore Sastra Asia Tenggara (JSAT). Hari ini, 24 Oktober 2025 saya tempuh perjalanan ke Jember mengikuti even Temu Karya Serumpun (TKS) 2025.

Semua itu tentang perjalanan. Perjalanan bukan hanya menyangkut pergerakan fisik atau badani belaka, melainkan juga menyangkut pergerakan spirit. Dalam hal yang saya jalani, menyoal spirit menulis dan kepenulisan yang (kenapa kok) saya sukai sebagai hobi. Bisa terlibat di UWRF karena buku /"Singkapan"/ (Sang Rumpun Sajak bahasa Lampung) memenangi Hadiah Sastera Rancage.

Sekadar ilustrasi, Stasiun Lempuyangan tempat keberangkatan ke Jember via KA Sritanjung.

JSAT Banyuwangi karena satu puisi saya, "Saat Angin Sedang Birahi", lolos kurasi untuk antologi Ijen Purba (Tanah, Air, dan Batu) yang ditaja Dewan Kesenian Blambangan. Acara ini dihadiri 200-an penyair dari se-antero Tanah Air dan juga luar negeri (Singapura serta Malaysia). Hadir di Temu Karya Serumpun ini juga lantaran puisi saya lolos kurasi untuk antologi "Semesta Ingatan: Trauma dan Imaji Kebebasan."

Ndilalah ketiga even di atas, semuanya berada dalam bulan Oktober, bulan kelahiran saya. Terselip antara waktu-waktu itu, pada tanggal 28-29 April 2025 lalu, saya hadir pada acara puncak Peringatan Hari Puisi Nasional (PHPN) di Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ TIM) bersamaan dengan acara peluncuran buku "Si Binatang Jalang" yang memuat dua puisi saya yang lolos kurasi. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...