Benar belaka, rupanya. Sekira pukul 12.52 atau bakda zuhur tadi, terbaca di layar si telepon seluler, "Hujan pukul 14 di sekitar Bandar Lampung, cek prakiraan cuaca selengkapnya." Ah, abaikan saja.
Pukul 14.04 terdengar kretek-kretek, titik-titik hujan mulai memukul-mukul permukaan atap. Menderas 6 menit kemudian. Tanah jalan, aspal mengelupas, dan tanaman di depan rumah kuyup dimandikan hujan.
![]() |
Jalan basah seusai dimandikan hujan |
Kali ini, ramalan cuaca yang selalu muncul di layar ponsel agak lurus menuju kebenarannya. Seringkali agak meleset. Namanya juga ramalan atau prakiraan. Kadang tepat, kadang meleset. Artinya, tak menentu.
Ah, jadi teringat lawakan Warkop DKI tahun 1980-an, "Sumatra titik-titik, Jawa titik-titik, Kalimantan titik-titik, rezeki tidak merata." Hujan pun begitu. Kadang tidak merata di mana jatuhnya. Hujan lokal namanya.
Agustus ini, lagi-lagi menurut ramalan BMKG, adalah puncak kemarau. Tapi, Pulau Sumatra yang hutannya lebat, membuat kelembaban udaranya sangat tinggi. Kemaraunya, kemarau basah. Berpeluang ada hujan.
Kemarau basah itu, musimnya, iya, kemarau, tetapi masih berpeluang turun hujan. Seperti siang hari ini buktinya, kendati sudah berminggu-minggu dipeluk udara panas, hujan siang ini membuat sejuk terasa.
Pada zaman dahulu kala, dalam meramal, orang tua menggunakan ilmu falak. Mengombinasikan paduan antara astronomi dan matematika. Melihat posisi benda-benda langit (bintang, bulan, dan matahari).
Menghitung kapan musim tanam yang tepat, bakal mujur dengan tanaman bebas hama dan penyakit serta hasil panen melimpah, semua merujuk pada hari bulan penanggalan hijriyah, bukannya masehi.
Ayah saya dulu fasih betul membaca tahun apa saat itu. Misalnya tahun alif, tahun dal, waw, dan apa lagi macamnya. Sehingga beliau bisa meramal masa itu untuk menanam tembakau, bakal bagus apa tidak.
Beliau memang petani tembakau. Bagus apa tidak itu, maksudnya bakal ketepatan banyak panas apa hujan. Menjemur rajangan tembakau, tentu cahaya matahari harus tersimbur banyak dan terik sekali.
Apabila di tengah hari turun hujan, tentu rajangan tembakau tidak kering dan kualitasnya akan jelek atau rendah. Tembakau berkualitas rendah, harga jualnya pun rendah atau 'jatuh'. Merugi akhirnya.
Karena itu, jikalau ada tetangga yang berniat pengin menanam (ngebun) tembakau, maka datang berguru atau bertanya kepada ayah saya. Kira-kira bakalan mujur apa tidak bila ngebun tembakau di masa itu.
Komentar
Posting Komentar