Langsung ke konten utama

Hari Kucing Sedunia 2

Agustus tahun 2024 silam, karena kesibukan mempersiapkan diri (fisik dan psikis) untuk berangkat umrah pada Oktober-nya, ngeblog   jadi kendor. Praktis hanya satu postingan saja di bulan kemerdekaan itu. Tentang membesuk kerabat di RS.

Pada bulan September tanpa postingan, Oktober 8, November 4, dan Desember 16 postingan. Dengan begitu, banyak momen terlewat tak tercatat. Banyak kejadian mestinya diceritakan. Tapi, hanyut terbawa waktu begitu saja. Tak menggoreskan kesan ingatan.

Ilustrasi | pict: X @DoraemonHariIni

Hari ini, 8 Agustus diperingati sebagai Hari Kucing Sedunia. Tadi, selagi asyik scroll-scroll  X (twitter), nemu tweet Doraemon Hari Ini @DoraemonHariIni, oleh The Conversation Indonesia @ConversationIDN ditanggapi. Jadi diingatkan lagi pada meong-meong.

Pada tahun 2023 saya menulis hal ini, tapi luput di tahun 2024. Foto di X Doraemon itu saya download dan mengirimkannya ke WhatsApp anak sulung yang punya kesenangan angon pus sejak bujang. Setelah menikah, hal tersebut dilanjutkan bersama istrinya.

Pada tulisan tahun 2023 itu, yang jadi foto ilustrasi adalah si Revo, kucing milik tetangga sebelah, pernah menghilang lama, eh kembali pulang dengan keadaan kumal dan kurus. Sepertinya tak bahagia di tempat lain, akhirnya balik ke asalnya. Untung ingat jalan.

Pulang pun, oleh tetangga kurang begitu diurus juga, sering ditinggal pulang kampung. Makannya bukan makanan khusus kucing yang dijual di minimarketan, melainkan sisa-sisa tulang ayam atau ikan bekas yang mereka makan. Atau sesekali dikasih nasi juga.

Pada postingan tahun 2023 itu, disinggung perihal jemaah masjid Al-Anshor yang setiap selesai subuh, saat pulang memperlambat jalan motornya sambil mengawasi kalau menemukan ada kucing di pinggir jalan, ia pun berhenti lalu memberi kucing makanan.

Dalam jok motornya, ia sengaja menyimpan makanan kucing supermarketan, setiap ketemu kucing liar di jalan, berhenti dan membuka jok motor, mengambil makanan kucing, lalu menaburkannya di atas aspal atau tanah. Kucing lapar itu pun lahap menyantap.

Tipe-tipe orang penyayang/pecinta kucing. Anak sulung juga begitu. Menyiapkan makanan kucing di kamar indekos, kalau ada kucing meong-meong di luar kamarnya, ia berikan makanan itu. Kulino alias kebiasaan. Besok-besoknya kucing itu kembali lagi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...