Langsung ke konten utama

"Melihat Api Bekerja"

 


Tribute to Affan Kurniawan

Aku “Melihat Api Bekerja”

Puisi Zabidi Yakub

Aku “melihat api bekerja” di Jakarta
Bukan di Warung Tegal kakilima
Bukan pula di tungku kedai kopi
Melainkan dalam dada massa yang emosi

Tak ada orang yang bisa “memastikan kematian”
Tak juga bisa menentukan pilihan, di mana terjadi
Siapa pun, tak terkecuali Affan Kurniawan
Di jalan yang ia akrabi, ia mati dilindas rantis polisi

Affan, “jalan yang berkali-kali kautempuh”
Di jalan itu kau mati dibunuh
Aku percaya, kau tak lupa “mengingat pesan ibu”
Hati-hati di jalan, jangan kecewakan mitramu

Affan, kau tak tahu, seusai kepergianmu
Jakarta membara, kolegamu mengepalkan tinju
Mengorkestrasikan aksi, meneriakkan amarah
Ekspresi luka batin atas tubuhmu yang berdarah

Siapa pun yang “menyaksikan pagi dari beranda”
Yang terlihat, sisa-sisa kepul asap kebakaran
Yang tercium, aroma duka di mata massa
Bukan parfum penumpang yang kauantarkan

Kerumunan massa “menjadi kemacetan”
Bertemunya simpul simpati dan empati
Seperti bertemunya driver di pangkalan
Menunggu denting notifikasi aplikasi

Affan, iring-iringan pengantar ke makammu
Barisan jaket hijau yang “menunggu perayaan”
Mungkin ada yang “menyunting sajak untukmu”
Dan melupakan janji “menikmati akhir pekan”

“Melihat api bekerja”, seperti ada yang hilang
Kesenangan orang “menyimak musik di kafe”
Atau “menenangkan rindu” sembari berdiang
Mendengarkan lagu-lagu di album Serenade

Affan, tak akan lagi kau “pulang ke dapur ibu”
Di hari Lebaran hanya akan jadi nostalgi
Tak akan lagi sepiring ketupat disiram kuah kari
Dihidangkan ibu kepadamu

Affan, tak akan lagi seseorang “menelepon kau”
Tapi, untuk sekadar menyimpan kenangan
Mungkin, di galeri ponselnya, tetap ada fotomu
Sebagai penghias obituari “kepada kesedihan”

Larik-larik sajak yang ditorehkan darahmu
Semoga tidak “menjadi hantu” yang menakutkan
Semoga “menjadi lumba-lumba” bagi kawanmu
Setiap kali melewati tempat tubuhmu disungkurkan

Kelak, setiap kali kawan-kawanmu “melihat peta”
Google memunculkan titik merah simbol kematian
Percayalah, kawan-kawanmu akan membaca doa
Di titik itu, kawan mereka menemukan keabadian

 

Bandar Lampung, 29 Agustus 2025

 

Catatan:

1) “Melihat Api Bekerja” adalah judul buku kumpulan puisi M. Aan Mansur dan kalimat-kalimat yang diapit tanda petik (“…......”) dalam puisi di atas adalah judul-judul puisi M. Aan Mansur dalam buku dimaksud.

2) Serenade adalah nama album Ebiet G. Ade yang dirilis tahun 2013.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...