Melanjutkan cerita perjalanan ngebis yang kami berdua istri lakukan kemarin petang dari pool Damri tujuan Jogja bablas Pacitan. Karena saya habis diserang vertigo hari Sabtu, akhir pekan lalu, perjalanan mesti diestafet. Transit Indramayu.
Ini cuman sedikit reviu untuk bus milik BUMN yang mengusung tagline AKHLAK -- Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif - tersebut hasil merasakannya. Armadanya sih oke, wort it, dan lumayan nyaman. Ngebut banget lagi. Oke pokoknya.
Nah, bagian ngebutnya. Itu yang paling saya demen. Sebagaimana yang sudah-sudah, sejauh pengalaman kami ngebis, bus dijalankan dengan kelewat santuy, padahal jalan lengang, sangat tidak saya suka. Sopir apa ngantuk. Tak bersemangat. Kesannya loyo, gitu.
Kendati dermaga 2, bukan dermaga eksekutif, tetapi penyeberangan dengan KMP Tribuana I, saat masuk ke lambung kapal lancar, perjalanan bus menembus gelap malam di tol cipali hingga exit di Indramayu, lumayan nyaman, aman, dan amat menyenangkan.
Ujicoba armada, begitulah kira-kira. Tak kenal, maka tak. Seperti judul sebuah postingan di blog ini. Maka setelah mencoba jadi kenal dan bisa membandingkan rasanya dengan bus langganan lama yang kini harga tiketnya meninggi mendekati harga tiket pesawat.
Kalau untuk rute Stasiun Tanjungkarang ke Gambir, Damri cukup representatiflah karena ada tiga kelas yang ditawarkan, yaitu Royal, Eksekutif, dan Bisnis. Tapi, yang menjelajah Cipali hingga Jogja, cuma ada kelas Bisnis. Bisa diukur tingkat kenyamanannya.

Komentar
Posting Komentar