Hari kedua puasa ayyaumul bidh, saya pecah ban. Seperti yang saya tulis pada postingan selumbari, dengan judul "Bulan Kedua" bahwa pengin sekali di tahun hijriah kali ini, istikamah menjalankan puasa ayyaumul bidh. Dari Muharram ke Zulhijah.
Tetapi apadaya, jelang zuhur tadi badan saya seperti limbung seusai mengambil air wudlu, perasaan saya langsung meraba, waduh...... ini tanda-tanda vertigo. Benar saja, habis dhuha gejalanya kian menguat, tak mampu rasanya zuhur ke masjid. Dah, di rumah saja.
![]() |
Ilustrasi puasa ayyaumul bidh | Surya.co.id |
Puasa ayyaumul bidh pecah ban di hari ini. Muntah hingga tiga kali. Ke klinik kesehatan langganan bakda Isya badan sempoyongan. Ada 4 varian obat dikasih dokter. Untuk mual, lambung, vertigo, dan vitamin. Jalan menuju istikamah, agak cukup terjal rupanya.
Benar belaka, manusia hanya bisa berencana, tetapi takdir si Penggenggam Kekuasaan jua menentukan arah tujuan. Rencana Tuhan, kata tetangga ahli kitab mengistilahkannya. Kita muslim menyebutnya takdir Allah SWT. Intinya sama, rencana, niat, keinginan.
Tapi, kata ustaz di mimbar, amalan baik kendati baru direncana atau diniatkan (nawaitu), itu sudah dicatat Malaikat. Tetapi, kalau amalan buruk, setelah dibuat atau dilakukan, baru dimasukkan oleh Malaikat ke dalam buku catatannya. Enak kan, baru niat dicatat.
Nah, nawaitu shauma ghadin ayyaumul bidh di saat sahur yang langsung dicatat Malaikat, semoga tidak terhapus sebagai amal baik, kendati puasa ayyaumul bidh pecah ban di jalan. Ya, semoga. Husnudzon yes, su'udzon don't. Amalan mengikuti apa nawaitu-nya.
Komentar
Posting Komentar