Langsung ke konten utama

Kunci Cepat Sehat

Diagnosis paramedis klinik tadi malam, tensi darah 150/80. Ditanya punya riwayat darah tinggi? Tidak. Karena tensi darah saya biasa 120/80. Naik jadi 130/90 atau 140/80 atau yang tadi malam 150/80, sifatnya temporer. Naik dikarenakan sedang demam panas. Bukankah seperti itu kegalibannya?

Ditanya dokter, punya riwayat vertigo. Iya, ini kasus yang kedua. Dahulu pernah kena, tapi tidak disertai muntah. Ini tadi muntah hingga tiga kali dan perut terasa mual. Sambil menulis resep, dokter jelaskan ke istri saya aturan minum obat. Usahakan Bapak duduk senyamannya. Jangan banyak bergerak gitu.

Ilustrasi | pict: Bola.com

Maksudnya agar jangan sampai muntah lagi setelah obat masuk lambung. Percuma memang obat keluar lagi. Pertama obat mual sebelum makan, lima menit kemudian obat lambung disusulkan. Setelah makan, jeda 15 menitan, baru obat vertigo dan vitamin. Jadi, rangkaian ritual minum obat seperti itu urutannya.

Pulang dari klinik masih sempat muntah. Yang keluar muntah kuning istilahnya. Pahitnya seperti empedu. Muntah penghabisan. Untung saya antisipasi dengan bawa kantung kresek. Sehingga tidak mengotori baju atau tumpah ke jok mobil. Obat berhasil bersarang di lambung dengan aman. Obat menjalankan fungsinya.

Perlahan kondisi kesehatan beranjak pulih. Kendati tidak diberi topping sambal sebagaimana mestinya, semangkuk bubur ayam pagi tadi tandas tak bersisa. Makan siang sudah tambah banyak. Makan banyak adalah kunci agar sepat sehat. Tapi, seringkali, saat sakit, nafsu makan saya jadi hilang, entah ke mana.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...