Pejuang Loker
![]() |
Potret para “pejuang loker” di depan PT Omron, Cikarang Selatan, Bekasi. (foto: IG BANDUNG BANGET via X @liaasister) |
Lewat di beranda X
(twitter) lima hari lalu, kerumunan ratusan gadis berhijab di depan PT Omron, Cikarang Selatan, Bekasi. “Beginilah berdesak-desakannya mencari
kerja di Indonesia sekarang ini. Karena banyaknya pengangguran, setiap ada
lowongan langsung dibanjiri pelamar. Menunjukkan gagalnya pemerintah menyejahterakan
rakyatnya,” begitu tulis @liaasister di unggahan X-nya.
Ada fenomena terjadi
disaat jelang hari raya Idulfitri. Perusahaan melakukan PHK sebagian atau masal
dengan alasan mengurangi beban pembayaran THR. Di lain pihak, karyawan
memutuskan resign setelah mendapat
pembayaran THR. Berdasar dua fenomena tersebut, pasca-Idulfitri terbuka peluang
bagi para “pejuang loker” baik lama menganggur maupun yang resign sebelum Idulfitri.
Lowongan kerja yang
diburu ratusan gadis berhijab di Cikarang Selatan itu adalah yang dengan
kualifikasi berijazah SMA/SMK dengan tambahan skill khusus yang akan mengisi kebutuhan kerja sebagai operator. Hanya
spesifikasi seperti itulah yang tersedia bagi anak muda negeri ini, spesifikasi
bergaji rendah. Sementara yang bergaji tinggi hanya bisa diisi oleh TKA. Betapa
menyedihkan.
Untuk jabatan level supervisor ke atas disediakan bagi mereka
yang berkualifikasi S1. Mereka yang berijazah S2 akan terjebak di situasi middle trap education. Mau naik ke S3
mesti tambah uang dan waktu, mau turun ke S1 jenjang yang dilalui sudah lebih
tinggi. Kebutuhan lapangan kerja saat ini S1 sementara dosen atau peneliti S3. Betapa
pedih lulusan S2, ijazah mewah tapi cari kerja susah.
Setelah penetapan MK,
setelah nanti Prabowo-Gibran dilantik jadi presiden & wakil presiden, tentu
sudah boleh dong rakyat Indonesia
menagih apa yang mereka janjikan saat kampanye tempo hari. Terutama janji
Gibran yang akan membuka 19 juta lapangan kerja. Mudah-mudahan nggak janji tinggal janji, janji yang
akan berusaha dilupakan, janji yang akhirnya benar-benar dilupakan.
Walaupun janji yang
belum tentu nanti akan direalisasikannya, paling tidak kita bersyukur bahwa ia punya
janji, pernah berjanji. Nanti kalau tidak ada realisasi harus bahkan wajib
ditagih. Atau kita ingatkan kepadanya bahwa ia pernah berjanji dan tidak
ditepati. Seperti halnya janji Pak Jokowi, hampir semua tidak ia penuhi. Orang pun rajin menagih dan akhirnya lapang dada memaklumi.
Seperti halnya istri
saya memaklumi kultur kerja anak kami yang berkarier di bidang digital. Satu ilustrator,
satu lagi video editor. Dunia kerja yang sifatnya memfokuskan diri pada tingkat
akurasi dan teknik pencapaian hasil yang sempurna. Karena itu, waktu vc
disepakati hari apa pukul berapa tiap minggu. Si ragil mengabari sudah
jadi karyawan tetap, ibunya bungah. Alhamdulillah wasyukurillah.
Kesepakatan pada hari
apa dan pukul berapa bisa vc itu agar tidak mengganggu jam kerja mereka yang
tidak mengenal standard waktu. Tidak seperti karyawan kantor biasa, masuk pukul
8 pulang pukul 16. Platform media digital itu berita mentah harus diedit, dibuatkan infografis, dibuatkan videonya baru ditayangkan. Sama seperti media
mainstream (surat kabar cetak) yang pernah saya tekuni.
Si kakak yang ilustrator,
sesekali dapat project second job. Adeknya
memang extrem job yang jam kerjanya
fleksibel, tidak saling benturan. Tidak tumpang tindih, bisa diaturnya kapan
selesai sesuai deadline sehingga
masih ada waktu sela yang bisa digunakan untuk tidur nyenyak, pergi menghibur
diri dengan nongki bersama genk di kafe, bisa vc ngobrol dan haha-hihi antara
ibu dan kakak-adek itu.
Komentar
Posting Komentar