Sejak koran tempat kami bertungkus lumus selepas para redaktur merampungkan kerja sebagai editor berita, tak lagi bisa mempertahankan nyawa untuk tetap terbit, lalu kemudian mati, kami pun berhenti bertemu muka. Bersimpangan jalan.
Salah seorang partner kerja kala itu, yaitu M. Yusuf Ramadhan alias Ucup, terakhir bertemu waktu tahlil wafatnya Ronald Oesman Indrajaya. Baru kembali bertemu lagi, tadi di pesta pernikahan putri Jamhari Ismanto, salah seorang redaktur di koran kami itu.
Ketika saya hendak mencari tempat duduk seusai mengambil makan di meja prasmanan, ternyata ia ada di situ, kami saling beradu tatap dan ia langsung menyambut tangan, kami bersalaman, jabat tangan erat. Sambil menemani saya makan, kami ngobrol.
Saling bertanya kabar, kegiatan masing-masing, dan juga menanyakan kawan-kawan lainnya. "Pak Zabidi masih suka nulis, ya?" tanyanya. "Iya, buat kegiatan biar gak cepat pikun," jawabku. Itulah obat kangen lama nggak ketemu. Mengobrol dan bersenda gurau.
Saya kondangan sendiri karena istri ada acara rutin sesama kawan pensiunannya, yang tiap dua bulan sekali arisan. Ucup juga sendiri karena istrinya yang beralih profesi jadi jurnalis, pergi liputan kegiatan pemerintah kota. Semacam 'buntut' ibu wali kota.
Di tempat lain. Begitulah istilah untuk kedua istri kami. Di tempat lain (tempat istri arisan tadi) kawan pensiunannya pun bertanya, "Bu Rum, suaminya itu suka menulis, ya. Saya lihat di facebook-nya." Saya perhatikan si ibu itu memang kasih like status saya.
"Iya, buat kegiatannya setelah 'pensiun' dari koran. Tadinya, sewaktu masih di koran memang ia pegang kolom yang diisinya sendiri maupun sebagai ghost writer untuk 'HMI Numpang Liyu'," jawab istri saya. Begitu 'oleh-oleh' yang dibawa istri pulang arisan.
Selain 'oleh-oleh' cerita tentang pertanyaan kawan pensiunannya, ada oleh-oleh yang beneran maknyus, yaitu mie ayam. Jadilah bakda salat Asar di masjid, saya makan mie ayam. Satu mangkuk penuh, dibantu istri menikmatinya. Bersenja nge-mie-yau, judulnya.

Komentar
Posting Komentar