Langsung ke konten utama

Hacker Iseng

Saya tidak mengaktifkan fitur messenger di facebook, tapi apabila ada teman mengirim messenger bisa saya buka dan baca. Tanggal 11/9 pukul 11.52 ada messenger dari teman yang rumah kami tidak berjauhan, hanya beda Blok. Pesannya tidak berupa tulisan panjang, singkat belaka, pada mula typo, mungkin grogi, - "Mad", diulang "Mas."

Saya baca sebagai hal yang aneh. Sejak kapan ia memanggil saya "Mas", bukankah biasanya hanya memanggil "Di" dari ujung nama saya. Karena itu, saya abaikan sapaan absurd tersebut. Tidak saya jawab. Keesokannya, 12/9 pukul 18.38 kembali ia messenger berupa kalimat tidak senonoh, kayak kode dari seorang telembuk. Menyadarkan saya.

| Ilustrasi akun facebook kena hacked. Hati-hat! | gambar: Cyber Security News

Oh, berarti facebook kawan ini kena hack. Karena memang sebelumnya istri ngasih tahu kalau kawan ini kebobolan rekening bank, entah berapa puluh juta uangnya raib. Saya pun menghubungkan pesan messenger itu dengan bobolnya rekening banknya, berarti benar nomor ponsel dan facebooknya kena hack. Banyak korban nomor ponsel kena hack ini.

Seperti belum jera ia menggoda, Sabtu 13/9 pukul 10.34 kembali si hacker kirim pesan bernada tawa; "hehe" dan Minggu, 14/9 pada pukul 10.11 lagi-lagi si hacker mengisengi dengan mengirim tanda jempol. Lah, apa yang dijempolin, sih?, bukankah saya tidak memberikan tanggapan apa-apa. "Dasar telembuk beneran kali, asyik dengan keisengannya sendiri."

Tetapi, karena tidak ada tanggapan dari saya, pada akhirnya berhenti juga si hacker iseng itu. Hingga hari berlalu sampai hari Rabu ini, tak muncul lagi messenger darinya. Saya belum sempat bertemu kawan si empunya facebook untuk bertanya atau menunjukkan messenger nyasar itu kepadanya. Tentu ia akan bersungut menunjukkan kekesalan.

Ada messenger yang bukan dikirim orang iseng, melainkan dari adik sepupu di kampung, Selasa pukul 14.32 dia memberi tahu buku yang saya kirim via pos telah dia terima. Entah kenapa pilih lewat messenger, padahal sudah saya cantumkan nomor whatsapp. Saya baru membalas pukul 20.10 setelah membuka facebook ada tanda messenger terlihat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...