Langsung ke konten utama

KAI 80 Tahun

Oleh karena di sudut pekarangan gawai saya tumbuh aplikasi KAI Access sehingga saban hari menyuarakan kicau notifikasi. Bunyinya merdu, tentang promo tiket serta suara-suara notif lainnya.

Hari ini KAI ulang tahun yang ke-80. Seusia dengan kemerdekaan RI. Jadi, satu bulan setelah dibacakan teks proklamasi di 17 Agustus, pada 28 September tahun 1945, perusahaan jawatan kereta api berdiri.

Tangkapan layar notifikasi KAI Access

Ya, benar, sebelum berubah menjadi PT Kereta Api Indonesia (PT KAI), pada mulanya masih berbentuk perusahaan jawatan kereta api (PJKA). Sehingga ada komplek perumahan PJKA untuk para karyawannya.

Yaitu karyawan PJKA yang bekerja sebagai masinis kereta api atau sebagai teknisi di Balai Yasa (depo atau bengkel perawatan lokomotif dan gerbong KA pada setiap 24 bulan, 48 bulan atau 72 bulan sekali).

Saya dahulu, di Jogja, pernah merasakan indekos di perumahan PJKA daerah Pengok Blok G, tak begitu jauh dari Balai Yasa di Jalan Kusbini No.1, Kecamatan Gondokusuman (di dekat Jalan Balapan), Jogjakarta.

HUT ke-80, PT KAI mengadakan flash sale tiket dengan harga Rp80.000 khusus hari ini pada pukul 15.00--16.00 WIB.

Selain Blok G, ada juga di Blok H yang mepet persis dengan rel kereta api dari Maguwo menuju Stasiun Lempuyangan. Setiap kali kereta lewat, gemuruhan suaranya membuat anak-anak kost jadi terbangun.

Berkenaan dengan HUT ke-80, KAI menawarkan tiket dengan harga Rp80.000 yang berlaku hari ini cuma pada pukul 15 hingga 16 WIB dan masih ada diskon hingga 20 persen. -- "Ayo, naik kereta api."





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...