Langsung ke konten utama

Masjid Al-Bakrie dan "Alun-alun"

Pernah dahulu saya menuliskan igauan melalui kolom "HMI Numpang Liyu" di LE, semacam solilokui berbau tanya, begitu. Yaitu, kenapa di kota Tapis Berseri ini kok tidak ada masjid agung berikut "alun-alun" di depannya, padahal lapangan Enggal, andaikan mau, bisa saja disulap jadi "alun-alun" dan ada masjid agung yang megah di tengah-tengahnya.

Pada masanya, pemerintah Provinsi Lampung di bawah gubernur Muhammad Ridho Ficardo, bisa menyulap Lapangan Merah Enggal menjadi Taman Gajah. Lalu, terbetik berita bahwa keluarga Bakrie akan membangun masjid di situ. Di dalam hati saya yang semula hanya solilokui, pada akhirnya akan jadi kenyataan, bakal ada masjid megah dan "alun-alun."

Suasana di dalam masjid raya Al-Bakrie

Kemarin berseliweran video bahwa Masjid Raya Al-Bakrie Lampung akan diresmikan Menteri Agama RI, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A. pada hari ini, Jumat, 12 September 2025. Maka, kurang dari pukul 11 saya ngegas motor berangkat ke situ. Memasuki basemant dan naik tangga ke lantai 1, sudah ramai.

Saya masuk ke dalam, prosesi peresmian baru saja selesai. Panitia memutar video riwayat berdiri masjid sejak peletakan batu pertama hingga berdiri megah. Kemudian terdengar seruan dari panitia agar hadirin bersegera mengambil air wudu karena salat jumat perdana di masjid raya Al-Bakri akan dilaksanakan.

Saya berangkat sudah dalam keadaan bersuci. Maka, saya langsung mengambil posisi shaf, tapi karena tumpang tindih dan orang yang di depan merasa di situ tempat yang sudah ia kavling, saya menarik diri, maju ke depan kebetulan ada rongga di antara dua orang, saya langsung duduk. Ruangan mulai gerah.

Shaf di depan kami diimbau untuk mencari tempat di lantai 2 karena barisan shaf yang mereka bentuk itu sejajar dengan posisi imam. Tapi, dasar manusia sulit diatur, mereka bergeming. Akhirnya sang imam yang harus mengalah, ia memajukan posisi lebih ke depan. Tadinya saya berada di shaf kedua, berubah jadi shaf keempat karena di depan kami bertambah dua shaf.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

JULI

Bulan Juli lingsir ke ujung cakrawala, banyak momen penting yang ditinggalkannya. 23 Juli 2025 Perpustakaan Nasional Press (Perpusnas Press) RI merayakan HUT ke-6 bareng dengan peringatan Hari Anak Nasional. Di negara kita, HAN tanggal itu. Hari Anak diselenggarakan berbeda-beda di berbagai tempat di seluruh dunia. Ada Hari Anak Internasional diperingati setiap tanggal 1 Juni. Ada pula Hari Anak Universal, diperingati setiap tanggal 20 November. Negara lain pun memiliki hari anak sendiri-sendiri. Ilustrasi, kalender meja (picture: IStock) Pemerintah melalui Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, akhirnya  menetapkan 26 Juli sebagai Hari Puisi Indonesia. 13 tahun sastrawan dan seniman berjuang meraih pengakuan atau legalitas itu sejak kali pertama dideklarasikan di Pekanbaru. Adalah Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri yang menginisiasi deklarasi HPI bersama 40 sastrawan, seniman, dan budayawan dari berbagai daerah Indonesia. Deklarasi hari puisi Indonesia ...