Bravo, gelar aksi elemen massa mahasiswa/i gabungan dari beberapa perguruan tinggi se-Kota Bandar Lampung dan ojol di Kantor DPRD Provinsi Lampung, 1 September kemarin, berakhir damai. Tak ada bentrok baik antara sesama massa maupun dengan aparat keamanan. Sungguh cantik.
Sebab Gubernur Lampung Mirzani Djausal bersedia menemui massa aksi dan mau duduk bersila bersama Kapolda, Pangdam, Ketua DPRD, dan Kajati menemui ojol dan elemen massa. Begitu rileks, damai, enjoy mempertukarkan suara hati. Yai, Lampung agak laen.
![]() |
| Tampak suasana pertemuan Gubernur dengan elemen mahasiswa di halaman Kantor DPRD Lampung | tangkap layar Lampung.live |
Dengan lantang Mirzani mengatakan, "Ojol dan seluruh komponen telah membuktikan hari ini, kita Lampung berbeda dengan tempat-tempat lain." Disambut riuh tepuk tangan. Massa tak ada yang pingsan karena kelaparan atau pun kehausan karena berbagai makanan dibagi-bagikan oleh relawan.
Bersedianya Gubernur Lampung dan pejabat-pejabat uspida lainnya menerima aspirasi massa, mendapat apresiasi dari ustaz Derry Sulaiman. Ia mengunggah video, mengeksperikan pujian. "Masyaallah, Ini patut dicontoh kepala daerah di mana pun di Indonesia."
Video pujiannya itu diunggahnya di akun Threads miliknya, mendapat ribuan like dari follower dan disebarkan melalui grup WhatsApp. Derry mengaku sudah lama kenal dan berteman baik dengan Mirzani Djausal sejak 20 tahun lampau. Kawan lamo, caknyo.
Hinji Lampung, Yai. Bumi Lada, Sang Bumi Ruwa Jurai, Negeri di Ujung Pulau, Negeri Para Penyair, dan entah apa lagi julukannya. Masyarakatnya yang plural, heterogen, dengan berbagai etnis, bisa hidup berdampingan dengan rukun, damai, dan sejuk di bawah 'balutan' lima falsafah hidup ulun Lampung.
Yaitu, piil pesenggiri (menjaga kehormatan diri dan keluarga), bejuluk beadek (memiliki kepribadian sesuai gelar adat), nemui nyimah (ramah tamah dan murah hati kepada tamu), nengah nyappur (suka bergaul dan aktif di masyarakat), sakai sambayan (gotong royong dan saling tolong menolong).

Komentar
Posting Komentar