Langsung ke konten utama

Akad

Inilah hari-H pernikahan kalian. Tepat di hari ke-254 setelah hari-H nembung tanggal 27 April 2023. Delapan bulan perlahan dijalani, kian dekat kian mendebarkan.


Akad

 

Puisi Zabidi Yakub

Di hari-H pernikahan itu yang sakral akad
Siapa pun mengupayakannya penuh tekad
Bahkan ada yang harus nekat menempuhnya
Bila secara baik-baik tidak menyelesaikannya

Dahulu, kali pertama bersua dan dekat, tak gentar
Tapi, mengapa waktu akad, tiba-tiba berdebar
karena bersua pertama hanya momen sementara
Akad tidak begitu, itu momen sekali selamanya

Ada yang memeram demam mempersiapkannya

Antara bersua dan dekat, gentar dan debar
Ada persoalan isi dalam dada, penuh tanda tanya
Tentang cerita yang akan menjadi kabar
Soal mengejutkan atau tidak, itu lain cerita

“Aku nikahkan anak kandungku kepada engkau”
Itu kata-kata wali nikah, didengar semua hadirin
“Aku terima nikahnya, jawabmu penuh pukau”
Sah kata para saksi, lalu kalian sematkan cincin

Ada yang memendam haru menyaksikannya

Akad momen penuh debar, tapi jangan gentar
Tidak sepelik persiapan waktu hendak melamar
Jikalau kau siap, hanya setarikan napas belaka
Ketika saksi berkata sah, napasmu kembali lega

Ayah senang, maharmu kausebut dengan tegas
Wujud rupanya, kauperincikan dengan jelas
Bukan hanya berkata, “mas kawin tersebut”
Peristiwa naïf, mana ada “mas kawin tersebut”


Bandar Lampung, Sabtu, 5 Januari 2024 | 22:58 |


Ekspresi

Ayah lega sekali menyimak lafaz ijab kabul yang kau gemakan ke seluruh ruang gedung. Seperti yang ayah inginkan, kau sebut wujud rupa mahar secara rinci.

Memang begitulah sebaiknya. Sedapatnya janganlah seperti yang seringkali ayah dengar, mempelai pria terburu mengatakan, “dengan mas kawin tersebut.”

Memang tidak ada salahnya, sih. Tetapi, alangkah baik dan lebih bagus apabila disebutkan wujud rupanya, banyaknya, dan perinciannya secara lengkap, apa saja.

“Dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai.” Sah tetap sah sepanjang diucapkan setarikan napas. Hanya saja, bagi ayah, kok, kesannya janggal sekali mendengarnya.

Padahal, kan maharnya ada wujud rupanya, mengapa waktu ijab kabul kok tidak disebutkan dengan jelas? Malu atau takut lidahnya kelu saat menyebutkannya.

Akad, peristiwa sakral di hari-H pernikahan, kau dah berhasil menyelesaikannya dengan sangat cemerlang. Masukilah dengan riang mahligai rumah tangga itu.

Ayah, ibu, dan adek hanya bisa mengantarkan ke pintu gerbang. Silakan masuk ke dalamnya, pegang kunci pembuka pintu masuk dan keluar masing-masing.

Kalian berdua –kau dan istrimu– berhak memegang kunci masing-masing agar bisa masuk dan keluar secara leluasa sesuka hati kapan kalian kehendaki.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...