Langsung ke konten utama

Hujan Bertambah Kerap

Bus Rosalia Indah nomor lambung 3123 perlahan bergerak berangkat membawa Mbak Yul, Mas Dodi, dan Sri kembali ke Mojokerto dan Surabaya.

Siang tadi, mbak Yul dan mas Dodi yang pulang ke Mojokerto serta Sri ke Surabaya berangkat dengan bus Rosalia Indah yang perlahan bergerak di bawah guyuran hujan, kami lepas di pool bus, Wayhalim.

Reda hujan, bertiga anak ragil kami kembali lagi ke Aneka Sari Rasa, Telukbetung. Giliran anak ragil yang dibelanjai oleh-oleh. Kemudian lanjut meluncur ke Yussy Akmal mencari buat tambahan oleh-oleh.

Pagi besok, giliran anak ragil yang akan kembali ke Jakarta. Hari-hari ayah dan ibunya akan kembali terjebak sepi. Mungkin hanya akan berteman hujan, entah pagi, entauh siang atau bisa jadi malam hari.

Pas betul pilihan tanggal 6 untuk wedding day anak sulung dan tanggal 8 untuk kami nyambut besan dan mantu di rumah. Karena sesudahnya intensitas hujan bertambah kerap turun dan lebat. Siapa nyana.

Tampaknya, makin dekat pemilu yang tinggal 1 bulan lagi, hujan bertambah kerap turun. Akankah kian dekat "hujan duit" serangan fajar? Serangan minyak goreng sih sudah duluan. Sembako bakal menyusul.

Tidak mengapa hujan bertambah kerap, biar debit air PDAM bertambah besar dan pasokan air baku ke rumah warga jadi stabil. Itulah manfaat musim penghujan yang terlambat datang ini? Nah, iya juga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...