Langsung ke konten utama

Rendang Muharram

Rendang Muharram” sedang proses pematangan di atas kompor (foto: zy)

Tadi malam, di masjid dekat rumah ada keriuhan suara rebana ditabuh bertalu-talu mengiringi ibu-ibu Majelis Taklim Masjid Ikhlas Al-Azhar (MT-MIA) bershalawat melantunkan kidung pujian bagi Kanjeng Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam. Terdengar syahdu merayu.

Setelah lirih suara ibu-ibu MT-MIA yang bershalawatan tiris, disambung suara lantang anak-anak TPA MT-MIA yang unjuk kebolehan menabuh rebana dan bernyanyi kidung shalawat. Sudah beberapa pekan mereka tekun berlatih intensif sebelum akhirnya bisa ‘ditampilkan’

Saya absen hadir, kerongkongan diklikitik batuk, gatal. Tidak nyaman. Sisa-sisa habis ‘jatuh demam’ sepulang dari Jogja—Pacitan, masih terasa membuat badan saya seperti nggak fit. Keriuhan itu terdengar sampai rumah dan bisa saya simak dengan amat jelas, intinya begitu.

Kedatangan tahun baru 1445 hijriah diperingati oleh PHBI (peringatan hari besar islam) Masjid Ikhlas Al-Azhar tepat di malam 1 Muharram 1445 H. atau 1 Suro 1957 menurut penanggalan Jawa. Karena tidak hadir, terang saja, saya tidak tahu siapakah penceramahnya.

Seperti yang sudah-sudah, setiap ada kegiatan PHBI, ibu-ibu MT-MIA menggelar acara door prize bagi para jemaah yang hadir. Tadi malam diadakan pembagian macam-macam hadiah. Kepada jemaah sebelumnya dibagikan kupon yang nantinya diundi di akhir acara.

Saya pernah dahulu mendapat dua piring. Kesempatan berikutnya mendapat saringan santan. Selama wabah Covid-19 menjadi pandemi (2020—2022) kegiatan PHBI mandeg, acara door prize dengan sendirinya sementara dibekukan. Nah, tadi malam déjà vueuforia jemaah.

Mengisi libur satu hari ini, istri saya membuat rendang. Sisa daging kurban kemarin masih ada tiga bungkus. Hari ini dimasak satu bugkus, sisanya, ya kapan-kapan. Sunnah kurbannya sudah dipetik sebelumnya, yaitu memasak daging hewan kurban di masa hari tasrik.

Saya sebut ini ‘rendang muharram’ yaitu rendang di luar kegaliban. Biasanya, kan, masak rendang itu saat menjelang Ramadan buat lauk makan sahur atau saat menjelang lebaran Idulfitri sebagai pelengkap opor. Kalau tidak, saat akan menggelar hajatan, apa sajalah.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

JULI

Bulan Juli lingsir ke ujung cakrawala, banyak momen penting yang ditinggalkannya. 23 Juli 2025 Perpustakaan Nasional Press (Perpusnas Press) RI merayakan HUT ke-6 bareng dengan peringatan Hari Anak Nasional. Di negara kita, HAN tanggal itu. Hari Anak diselenggarakan berbeda-beda di berbagai tempat di seluruh dunia. Ada Hari Anak Internasional diperingati setiap tanggal 1 Juni. Ada pula Hari Anak Universal, diperingati setiap tanggal 20 November. Negara lain pun memiliki hari anak sendiri-sendiri. Ilustrasi, kalender meja (picture: IStock) Pemerintah melalui Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, akhirnya  menetapkan 26 Juli sebagai Hari Puisi Indonesia. 13 tahun sastrawan dan seniman berjuang meraih pengakuan atau legalitas itu sejak kali pertama dideklarasikan di Pekanbaru. Adalah Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri yang menginisiasi deklarasi HPI bersama 40 sastrawan, seniman, dan budayawan dari berbagai daerah Indonesia. Deklarasi hari puisi Indonesia ...