Langsung ke konten utama

Humanis Community

Ilustrasi foto dari Transisi.org

Sahih, putra sulung imam masjid almarhum Drs. Asrori pada salat Jumat siang tadi kembali menjadi khatib dan imam. “Orang berilmu ditinggikan oleh Allah Swt satu derajat di atas orang yang tidak berilmu,” ujarnya mengutip naskah khutbah pada buku yang dibacanya.

Kali kedua baginya jadi khatib menggantikan jadwal Buyanya. Dan, jadwal khatib yang sudah habis masa periodenya 23 Juni lalu, belum juga dibuatkan jadwal baru. Karena itu, nama Pak Asrori masih saja tertera, tetapi digantikan anaknya pengemban tanggung jawab.

Hingga Kamis kemarin, sudah empat pekan atau empat putaran saya mengikuti kegiatan anggota HuManIs AMP mendaras kitab suci Al-Quranul Kariim. Saya baru memulai ikut kegiatan setor bacaan Al-Quran one week one juz sejak putaran ke-142 (periode 23—29 Juni 2023).

Tidak juga tepat one week sebenarnya, ada satu dua peserta yang, karena kesibukannya, jadi molor setor. Sehingga putaran berikutnya molor juga, baru dimulai lagi Jumat berikutnya hingga Kamis mendatangnya. Ya, namanya juga para alumnus sudah pada lansia semua.

Ada cara, sebenarnya, agar tidak molor. Begitu one juz selesai dibaca dan disetor, langsung gaspol lanjutkan membaca juz berikutnya. Membuat tabungan untuk disetor. Sehingga begitu putaran berikutnya dibuka, sudah langsung bisa disetorkan juz yang sudah dibaca.

Strategi itu yang saya pakai. Lah, wong, sehari-hari juga ngaji. Maka, ada tidak-ada kegiatan setoran itu, saya tetap ngaji bakda magrib sembari menunggu waktu isa tiba. Paling tidak setengah juz bisa saya baca antara magrib dan isa. Dua hari one juz, gak harus one week.

Dengan adanya kegiatan setor bacaan one week one juz, justru membuat semakin semangat kudu ngaji agar bisa setor secepatnya. Semacam ada tanggung jawab yang harus diselesaikan. Jadi, kegiatan HuManIs AMP setor bacaan one week one juz adalah hal yang bagus.

Saya menyebutnya HuManIs Community tidak salah karena memang alumnus HMI's. Jika kegiatannya yang positif, maka layak diikuti dan didukung. Yang jelas fungsi WAG HuManIs (HMI) dibuat, sebagai jembatan silaturahim sesama alumnus HMI di AMP YKPN Jogja.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...