Murka Air, ‘Air Muka’

 

ilustrasi; source: internet archive

Murka Air, ‘Air Muka’

Puisi Zabidi Yakub

 

dari setetes air kita tumbuh
       jadi segumpal daging
       diasuh air ketuban
       dibasuh air padasan
       setelah ibu berpeluh melahirkan
       peluh ibu dan air mata bahagia

       mereka yang menyambut gembira

dengan segelas air kita dijamu
      tanpa rupa tanpa rasa
      nikmatnya hanya dalam imajinasi
      tak bisa diterangkan dengan kata 
      tanpa warna tanpa cahaya
      tapi sanggup menggetarkan sukma
      mereka yang menahan dahaga

dengan apa memaknai air
     yang murka mengirim bencana
     Bawean bergetar, melesap kangenan
     ini Ramadan tak lama akan usai
     pemudik jadi ragu dibuatnya
     di tengah menautkan rasa kangen
     dihuyung lindu perairan Bawean

murka air yang mengirim bencana
     pertanda hidup ini tidak baik-baik saja
     yang senang menerjang banjir
     belum tentu senang setelah di akhir
     yang menang setelah bertanding
     belum tentu tenang duduk bersanding
     pertaruhan sesungguhnya ada di ‘air muka’

 

Kemiling Permai, 23 Maret 2024 | 22:48 |

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Angin Laut Pantura

Rumah 60 Ribuan