Langsung ke konten utama

Tarawih

Warga Gaza salat tarwih tanpa lampu, bergelap-gelapan. (foto: Tribun tangerang - Tribunnews.com)

Akhirnya warga NU (nahdiyin) tarawih Senin malam ini. Sementara warga Muhammadiyah sudah sejak Minggu malam kemrin. Tetapi, ada yang mulai tarawih Rabu (6/3) lalu, yaitu jemaah Masjid Aolia (aulia, para wali) yang beralamat di kompleks rumah KH Ibnu Hajar Sholeh Pranolo atau yang akrab dipanggil Mbah Benu, di Dukuh Panggang III, Desa Giriharjo, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul. Jemaah tarawihnya Mbah Benu ratusan orang.

Selain di masjid Mbah Benu itu, di masjid lainnya sekitar 20 meter dari rumah Mbah Benu, sejumlah jemaah juga menggelar salat tarawih. Mbah Benu mengeklaim, jemaah masjid Aolia tersebar di Sulawesi, Kalimantan, Sumatra, India, Filipina, hingga Cina. “Di Arab juga ada, tetapi silent tidak pernah menjelekkan yang lain. Kalau dijelekkan tidak boleh marah karena kami sudah tidak ada kamus marah dengan orang lain,” kata Mbah Benu kepada Kompas.com.

Umat Muslim di New York, Amerika Serikat menggelar salat tarawih perdana berjamaah di Times Square, Minggu (10/3) malam waktu setempat. Masjidil Haram juga menggelar salat tarawih perdana pada Minggu. Warga Gaza juga, memulai ibadah puasa pada Senin (11/3). Mirisnya, mereka terpaksa menjalankan salat tarawih di reruntuhan bangunan lantaran tak diperbolehkan masuk ke Masjid Al-Aqsa oleh tentara pendudukan zionis Israel.

Puluhan warga tampak melaksanakan salat tarawih berjamaah di samping puing-puing masjid Al Farooq yang berada di Kota Rafah, selatan Jalur Gaza yang diruntuhkan tentara Israel. Dikutip dari Tribunnews.com, kondisi masjid hancur total dan gelap gulita karena tak ada penerangan listrik. Meski demikian, tidak menyurutkan niat umat muslim di sana untuk menjalankan ibadah puasa dan memulai salat tarawih pada Minggu (10/3) malam.

Sementara sebagian umat muslim menjalankan ibadah puasa hari pertama, bersamaan pula dengan umat Hindu melakukan ritual perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1946. Nanti, pada 31 Maret ditandai juga dengan perayaan Hari Paskah. Maka, Ramadan kali ini akan ada momentum bersama perayaan Hari Raya Nyepi dan Hari Paskah. Kebersamaan ini menjadi refleksi yang indah bagi umat beragama dalam menjalankan ibadahnya secara berbarengan.    

Hari Raya Nyepi, Catur Brata Penyepian merupakan ritual tahunan yang memiliki spirit kultural yang berisi sejumlah pantangan. Ritual ini harus dilakukan tanpa ada bunyi pengeras suara dan tidak menyalakan lampu pada waktu malam hari. Tetapi masjid di Bali diberi toleransi menggelar salat tarawih tanpa pengeras suara. Bagi yang sakit atau membutuhkan layanan untuk keselamatan dan hal-hal lain bisa dilakukan dengan alasan kemanusiaan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...