Langsung ke konten utama

Air Masjid


Akhirnya masjid Ikhlas Al-Azhar memiliki sumber air yang mapan setelah mendapat bantuan donasi dari "Amanah Donatur DT Peduli" untuk membuat sumur bor. Dengan begitu, ketersediaan air akan terjamin.

Pengeboran sudah dilakukan empat hari lalu. Setelah mencapai kedalaman 30 meter, sejak sebelum zuhur tadi air mengucur. Pengeboran dihentikan bila sudah bertemu sumber air yang ditandai keluar semburan.

Hingga sore ini air dibiarkan mengucur. Saya tidak paham apa alasannya, mungkin supaya airnya jadi lancar dan tidak ngadat di kemudian hari. Percuma jadinya bila suatu saat nanti airnya tidak mengucur.

Kata "teman jalan subuh" memang begitu aturan yang harus dijalankan. Sumur bor dibiarkan hidup paling tidak 12 jam atau satu hari-satu malam. Bila selama waktu itu air mengucur terus berarti "kuat".

"Kuat" itu pengertiannya sumber air tanah di dalam galian bor memang besar sehingga bisa diandalkan buat hidup dan menghidupi atau meragati kebutuhan air wudu masjid selama-lamanya sepanjang waktu.

Selama ini, sumber air wudu di masjid ini dari sumur galian yang dinaikkan ke tandon air dengan mesin pompa air. Sudah mencukupi sebenarnya. Di musim kemarau ini air di dalam sumur sama sekali tidak sat.

Air adalah sarana vital yang mesti tersedia di setiap masjid di mana pun. Tanpa ada air buat ambil wudu bagaimana peribadatan bisa terselenggara. Wudu adalah syarat sahnya salat. Afdal wudu dengan air.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...