Langsung ke konten utama

Tuslah Barber Shop

"Harga Kawan" adalah istilah yang (secara guyon) kerap dikatakan orang yang sudah saling kenal atau berkawan saat melakukan transaksi jual-beli barang apa pun. Istilah itu akrab di telinga secara umum karena sering dikemukakan ketika bertransaksi.

Pagi ini saya dihadapkan pada istilah "tarif lebaran" ketika hendak membayar seusai potong rambut. Ternyata bukan hanya transportasi saja yang mengenal istilah "tuslah", melainkan barber shop juga ada yang mengenakan tuslah alias kenaikan tarif.

Di hari-hari biasa tarif potong rambut di barber shop tempat saya potong rambut tadi adalah 20 ribu. Berkenaan dengan hari-hari menjelang Lebaran ini, tarif yang dikenakan 25 ribu, ada kenaikan 5 ribu. Masih termasuk murah. Di tempat lain pun segitu.

Barber shop adalah usaha jasa yang membutuhkan bekal keterampilan. Ada yang didapat hasil belajar formal di salon, ada yang hasil belajar otodidak. Kesemuanya akan membentuk seorang tukang potong rambut memiliki keterampilan mumpuni.

Di musim mudik Lebaran ini, biasanya pemerintah menetapkan tarif jasa angkutan darat, laut, dan udara dengan mekanisme 'batas atas' dan 'batas bawah' agar PO Bus tidak menaikkan tarif secara brutal sehingga tidak terjangkau oleh calon pemudik.

Khusus tahun 2025 ini, untuk angkutan udara justru diberikan diskon. Tujuannya untuk mendorong masyarakat mudik menggunakan pesawat terbang dan perusahaan penerbangan kinerjanya tumbuh dengan sehat meminimalisasi persaingan tarif.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...