Sri Rejeki

Kantor PT Sri Rejeki Tekstil (Sritex) di Sukoharjo, Jawa Tengah. (foto dari situs web wikipedia sritex)

PT Sri Rejeki Isman Tbk, begitulah nama pabrik tekstil di Sukoharjo, Jawa Tengah yang per 1 Maret kemarin menghentikan kegiatan usaha karena dinyatakan pailit. Sepuluh ribu lebih karyawannya di-PHK dan kehilangan sumber rezeki. Tragedi awal Ramadan yang sangat memilukan.

Hilangnya sumber rezeki (rejeki) karyawan, kontradiktif dengan nama perusahaan yang selama ini menaungi mereka. Kering sudah mata air sumber nafkah bagi keluarga. Semoga tidak berganti jadi air mata yang mengucur deras atau mungkin hanya menggenang di pelupuk mata.

Pabrik tekstil yang diresmikan Presiden Soeharto pada tahun 1992 itu tidak bisa melanjutkan kegiatan usaha, setelah Mahkamah Agung memperkuat putusan Pengadilan Niaga Semarang yang menyatakan Sritex beserta tiga entitas afiliasinya dinyatakan berada dalam kondisi pailit.

Tiga entitas usaha tekstil di bawah grup Sritex adalah PT Sinar Pantja Djaja, PT Bitratex Industries, dan PT Primayudha Mandirijaya. Pailitnya Sritex semakin menghantui industri tekstil lain yang khawatir akan masa depannya mengingat kian terjepit dalam persaingan global.

Bukan rahasia lagi bahwa pemicu hancurnya industri tekstil dalam negeri karena serbuan produk impor berupa bahan dan/atau hasil tekstil dari luar. Luar yang dimaksud di sini tidak lain adalah Tiongkok. Barang apa pun “made in China” membanjiri pasar dalam negeri sehingga membuat barang lokal kelelep.

Barang-barang “made in China” leluasa masuk ke dalam negeri karena pertama, pemerintah tidak serius melindungi produk dalam negeri. Kedua, pemerintah memang sengaja membuka kran impor, memberi kemudahan kepada importir. Akibatnya, pasar dalam negeri kebanjiran produk impor.

Potret kunjungan Jokowi ke PT Sritex saat menjabat sebagai Wali Kota Solo di tahun 2006. (foto: akun TikTok @dimkat)

Faktor Jokowi?

Pailitnya Sritex dan PHK masal terhadap 10.965 karyawan sepanjang Januari—Februari 2025 ramai diperbincangkan di media sosial. Nama Jokowi menjadi sorotan warganet. Sejumlah warganet menilai lonjakan impor tekstil selama Jokowi jadi presiden 2014–2024 adalah salah satu pemicu.

Sorortan warganet terhadap Jokowi bukan tanpa alasan. Seperti sudah menjadi kepercayaan umum, setiap sehabis Jokowi meninjau sebuah perusahaan di dalam negeri, tidak lama kemudian masuk barang impor serupa dengan yang diproduksi perusahaan tersebut. Orang menyebutnya faktor Jokowi.

Ketika menjabat Wali Kota Solo, pada 20 September 2006, Jokowi meninjau Sritex. Foto Jokowi saat melakukan kunjungan itu beredar memperlihatkan dirinya didampingi pemilik PT Sritex HM Lukminto dan Manajer Produksi Garmen I, Mr. Kim Yuntai. (Lihat unggahan TikTok @dimkat).



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Angin Laut Pantura

Rumah 60 Ribuan