Eulogi
![]() |
Dengan pose membaca buku Semilau |
Kaget sekali membaca berita duka di fb
Udo Z Karzi, Muhammad Harya Ramdhoni berpulang ke Rahmatullah. Lahir dan mati
adalah siklus waktu yang mesti dialami oleh setiap manusia atas takdir-Nya. Di antara
keduanya, adalah peran dalam kehidupan, berupa belajar, bekerja, menikah –yang akhirnya
menaut ke kata ‘lahir’ di atas–.
Harya Ramdhoni adalah peraih Hadiah Sastera Rancagé tahun 2018 untuk buku Sang Rumpun Sajak Semilau yang terbit tahun 2017. Sewaktu mengambil buku Semilau di rumah Udo Z Karzi kami ngopi di ‘kafe’ di ujung gang Catur Tunggal depan Mc Donald atau Perumahan Kemiling Estate sembari berbincang santai dan foto mengabadikan buku.
Saya difoto Udo Z Karzi dengan pose membaca buku Semilau. Sebelum buku sajak bahasa Lampung Semilau terbit. Doni –panggilan akrabnya– menerbitkan novel Perempuan
Penunggang Harimau, 2011. Lalu disusul Hikayat
Orang-Orang yang Berjalan di Atas Air,
2012, Mirah Delima Bang Amat, 2017, Sihir Lelaki Gunung, 2018, dan Kitab Pernong, 2021.
Lahir dan matinya seseorang (yang kita kenal maupun tidak) akan mudah
diketahui dari postingan teman di fb
berupa kenangan indah disertai foto. Hal yang biasa disebut dengan istilah eulogi atau obituari. Mengungkapkan segi baik sebagai sisi positif, tentu
sebagai manusia biasa yang tak luput dari salah, niscaya ada sisi negatifnya.
Hal-hal baik dan positif akan terungkap pada pidato singkat saat pelepasan
jenazah sebelum diberangkatkan menuju pemakaman. Dalam sambutan orang yang mewakili
keluarga yang berduka, tentu hal terkesan negatif tidak akan dikemukakan. Orang-orang
tertentu yang akrab, tentu tidak akan melupakan, disimpan dalam hati sebagai rahasia.
Komentar
Posting Komentar