Langsung ke konten utama

Kembali ke Akar


Idul pada kata Idulfitri makna harfiahnya kembali, sedangkan fitri berarti suci, maka idulfitri adalah kembali suci. Konteksnya kembali kepada kesucian. Bukan suci jasadi sebagaimana bersuci dari hadas besar dan kecil, melainkan suci dalam hal batin.

Di momen hari raya idulfitri, anrarkerabat atau teman saling berkirim pesan selamat hari raya idulfitri diikuti ucapan permintaan maaf "lahir dan batin" dan doa semoga senantiasa sehat dan dipertemukan dengan Ramadan tahun mendatang. Insha Allah, ya, kan.

Kembali fitri juga dimaknai kembali ke keadaan suci sebagaimana bayi baru dilahirkan, belum ternoda dosa apa pun. Setelah sebulan puasa menahan hawa nafsu, tidak hanya lapar dan dahaga, tapi juga puasa mengendalikan tingkah laku dan tutur kata.

Kembali ke akar, seperti judul tulisan ini, maknanya mengarah ke jati diri, yaitu orang tua. Lebih luas lagi leluhur atau asal muasal trah diri. Bisa juga kampung kita berasal. Itulah yang mendorong orang yang pergi jauh akan mudik, kembali ke kampung halaman.

Mudik setahun sekali saat idulfitri atau lebaran, akan ditempuh orang tanpa berhitung berapa lama waktu di perjalanan dan berapa rupiah biaya yang ditanggung. Yang mahal bukan biaya, melainkan kesempatan. Apalagi kalau masih memiliki sumur berkah.

Ibu adalah sumur berkah yang takkan pernah kering. Selama Ibu melangitkan doa, selama itu pula air berkah senantiasa tercurah bagi anak-anaknya. Maka, orang rela menempuh perjalanan jauh dan ongkos besar demi mendatangi sumur berkah rersebut.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...