Tiba di teras senja tadi usai hujan, sekira pukul 16:40, bundelan paket tebal. Rasa-rasanya bisa dijadikan bantal. Isinya buku Puisi Etnik Nusantara, kumpulan puisi dwibahasa Ibu (dari daerah masing-masing penulis) dan bahasa Indonesia dalam satu judul puisi yang ditulis oleh ratusan penulis puisi berbagai etnik di nusantara.
Saya
terhimpun dalam puisi etnik Sumatra, pada mula 199 orang tergabung dalam WAG, 5
orang left mulai sejak bulan September lalu. Mungkin hape lemot karena
kapasitas memori terbatas. Itu alasan klasik anggota WAG yang menyatakan mohon
diri dari grup. Atau juga oleh alasan-alasan lainnya.
Ini
buku antologi kedua saya yang diganjar Rekor MURI. Buku pertama adalah
pentigraf (cerpen tiga paragraf) yang dibesut oleh penerbit Dandelion Publisher,
Bogor, Jawa Barat. Buku pentigraf jilid 1 menghimpun 1.234 pentigraf. Ada jilid lainnya,
yaitu jilid 2, 3, dan 4. Saya tergabung pada jilid 1.
Tentang
pentigraf ini, sudah saya tulis di blog ini dan diposting di bawah judul Pentigraf
#1 (bagian 1) tanggal 18/5, Pentigraf #1 (bagian 2) tanggal 11/6, Pentigraf #1
(bagian 3) tanggal 27/8. Panjang betul proses buku ini sejak penghimpunan
naskah, lalu editing, lay out, cetak, terbit, dan didistribusikan.
Begitu
pun buku Puisi Etnik Nusantara. Prosesnya juga memakan waktu lama, sejak bulan
Februari 2025 dan baru kelar bulan September dan bulan November didistribusikan. Kendati launching buku akan diadakan bulan depan, namun buku sudah diterima penulis pada alamatnya masing-masing.
Komentar
Posting Komentar