Langsung ke konten utama

Kelabu Begal Motor

Lurah Kemiling Permai beserta Linmas turun tangan ke TKP, tampak ekspresi korban begitu sedih (nomor 2 dari kanan)

Modus baru dalam merampas motor. Biasanya begal motor di mana pun, melakukan aksi dengan memepet dan menghardik pengendara motor agar berhenti lalu motor mereka rampas, dengan atau tanpa paksaan.

Agar tindakan merampas motor itu bisa berjalan mulus dan lancar, pembegal mengacungkan senpi entah asli, sekadar rakitan atau cuma mainan. Dengan begitu terkesan lebih seram dan bikin pengendara motor ciut nyali dan menyerah kalah.

Modus baru ini sasarannya para pengojek online. Tidak menggunakan aplikasi, tapi hanya dengan perjanjian carter, minta diantar ke suatu tujuan atau alamat tertentu, sampai di lokasi si driver ojol dikelabui.

Ini kejadian kemarin siang, sebelum hujan deras mengguyur perum BKP. Penumpang naik ojol dari Hajimena minta diantar ke sebuah rumah yang hendak dijual di perum BKP. Sampai lokasi, beralasan hendak bersih-bersih rumah dahulu, ongkos belum dibayarkan.

Si driver ojol, kok, ya, ikut-ikutan pula bersih-bersih rumah 'dijual' tersebut. Padahal, cuma memungut sampah alakadarnya di luar pagar atau gerbang yang digembok. Di tengah bersih-bersih itulah aksi begal dijalankan.

Dengan modus hendak membeli rokok, si penumpang tadi meminjam motor si ojol (sebentar, katanya) dan dikasih dengan kepercayaan tinggi tanpa curiga. Alasannya, berpikir kalau rumah yang dijual itu memang milik penumpangnya itu.

Ditunggu-tunggu ternyata nggak datang-datang. Masak iya beli rokok ke Tanjungbintang, kan nggak mungkin. Baru tersadar ia kalau kena tipu motor dibawa kabur dengan modus baru "kelabu si begal motor" dengan cara mengelabui korban pura-pura pinjam motor.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...