Langsung ke konten utama

Kota Kita Kata

Kondisi banjir di Pasar Cimeng, Bandar Lampung

Kawan kirim prakiraan cuaca dari BMKG. Untuk Provinsi Lampung, cuaca eksrem akan terjadi pada tanggal 18–20 Januari. Bagus juga hal yang seperti itu di-share di grup WA agar tersebar luas dan masyarakat waspada sehingga bisa mengantisipasi hal buruk yang mungkin bisa saja terjadi. Faktanya, kemarin siang Bandar Lampung kelelep.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Ungkapan ini berarti bahwa untung dan malang bisa datang tiba-tiba tanpa disangka. BPBD Provinsi Lampung mencatat ada 19 titik banjir di Lampung. Titik-titik banjir itu muncul usai hujan deras mengguyur wilayah tersebut Jumat (17/1) siang hingga malam.

Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat mengguyur sebagian besar wilayah di Provinsi Lampung pada hari Juma sejak pukul 15.00 WIB. Beberapa wilayah yang mengalami hujan sedang dan lebat di Provinsi Lampung meliputi Kota Bandarlampung, Lampung Selatan, Lampung Tengah, Lampung Timur, Pesisir Barat, dan Pesawaran.

Pada Jumat malam viral video dan foto beredar, Kota Bandar Lampung dilanda banjir ada di 19 titik. Daerah terdampak banjir parah, yaitu Way Halim jalur dua Korpri, daerah Sumur Putri (Teluk Betung Selatan), Way Laga Kecamatan Panjang, Simpang PJR, Jalan WR Supratman Gang Pancurmas, dan Way Lunik.

Daerah lainnya, mulai dari Jualang (Bumi Waras), Jalan Singosari (Enggal), Jalan Hi Aminta Tanjung Gading, Pasar Ambon (Teluk Betung Selatan), Kota Karang (Teluk Betung Timur), Jalan Soekarno Hatta, Jalan RE Martadinata, Rajabasa Nunyai, Jalan Ahmad Yani, Jalan WR Monginsidi Gang Rozali, Kelurahan Kuripan (Teluk Betung Barat), Jalan Ridwan Rais Gang Hi Syarif, dan Gang. Toyib.


Kota Kita Kata


Puisi Zabidi Yakub


apa yang hendak kau katakan, coba
air bah datang melanda kotamu, semalam
bukankah lantaran kesalahan kalian juga
tidak membagi tata ruang seadilnya

lahan terbuka hijau kalian tanam beton
trotoar dikeramik mungkin agar artistik
padahal, tidak bersahabat bagi pejalan kaki
keramik ditimpa hujan menjadi licin

kota, kita, dan kata yang tak mengendap
meluap bak air bah dikirim hujan ke kota
hendak merutuk, kata tak punya daya   
digigil derita, sumpah serapah tak guna

BKP, 18 Januari 2025


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...