Langsung ke konten utama

Kerasnya Persaingan Kerja

Meta PHK karyawan besar-besaran (foto: Kompas.com)

Raksasa teknologi Meta dilaporkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 5 persen karyawannya atau sekitar 3.600 orang dengan kinerja palung rendah. Sebagai gantinya, Meta akan merekrut orang-orang baru untuk mengisi posisi yang ditinggaljan para karyawan yang dipecat.

Persaingan kerja memang keras, Bro. Fresh graduate kian menambah jumlah angkatan kerja baru. Sayangnya tidak diiringi penambahan lapangan kerja baru. Yang terjadi justru perusahaan banyak yang gulung tikar sehingga merumahkan karawan hingga ribuan orang. Deretan pengangguran kian panjang.

CEO Meta Mark Zuckerberg, dalam sebuah memo internal mengatakan, dirinya memutuskan untuk meningkatkan standar kinerja dengan membangun beberapa teknologi terpenting di dunia. AI, kacamata sebagai platform komputasi berikutnya, dan masa depan media sosial. Ini akan jadi tahun yang intens.

“Karena itu, kami putuskan mengeluarkan karyawan berkinerja rendah dan akan merekrut karyawan baru agar kami memiliki orang-orang terbaik dalam tim kami. Saya putuskan untuk meningkatkan standar manajemen kinerja dan mengeluarkan karyawan berkinerja rendah,” ujar Mark Zuckerberg.

Per 30 September 2024, induk perusahaan Facebook dan Instagram ini memiliki 72 ribu karyawan. Artinya, pengurangan 5 persen karyawan sama dengan sekitar 3.600 orang karyawan. Cisco (CSCO.O) dan IBM (IBM.N), juga berupaya mengalihkan investasi ke dalam teknologi kecerdasan buatan (AI).

Dilansir Reuters, Meta telah menggelontorkan miliaran dolar untuk infrastruktur yang berhubungan dengan AI, pengeluarannya diperkirakan meningkat tahun ini. Perusahaan media sosial ini memulai beberapa perubahan restrukturisasi pada 2022, mengakibatkan sekitar 11.000 karyawan di-PHK.

Pekan lalu, Meta membatalkan program cek fakta di AS dan mengurangi pembatasan diskusi seputar topik-topik yang diperdebatkan, seperti imigrasi dan identitas gender, karena tunduk pada desakan dari kalangan konservatif menjelang kembalinya Donald Trump ke kursi kepresidenan Amerika Serikat.

Sumber: Kompas.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...