Langsung ke konten utama

Guyub Antartetangga

Intan Musik memberi hiburan bagi keluarga sahibul hajat, segenap panitia, dan para undangan.

Khitan merupakan tradisi yang telah lama menjadi bagian penting dalam budaya masyarakat Indonesia, baik bagi muslim maupun nonmusli. Akan tetapi, pesta atas dikhitannya anak laki-laki atau walimatul khitan di kalangan umat Islam adalah manifestasi rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT atas limpahan Rahmat-Nya.

Bagi ulun Lampung, walimatul khitan sama pentingnya dengan walimatul-walimatul lainnya, seperti pernikahan, akikah, dan tahlilan bagi orang yang meninggal. Ada yang pesta gede-gedean dan ada pula yang hanya pesta sederhana saja. Namanya juga syukuran. Tergantung kemampuan keuangan keluarga yang menyelenggarakannya juga.

Ada pula yang memandangnya lebih dari sekadar perayaan, walimatul khitan memiliki makna yang dalam sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT yang telah mengaruniakan anak laki-laki. Karena itu, melakukan khitan terhadap anak adalah untuk membersihkan dirinya dari kotoran sesuai ajaran bersuci atau bahasa agama thaharoh.

Penyelenggaraan walimatul khitan dengan melibatkan jiran tetangga melalui kepanitiaan, merupakan momen istimewa untuk mempererat hubungan sosial kemasyarakatan. Sebagai makhluk sosial, manusia seyogianya menjaga hubungan baik antartetangga dan menghidupkan budaya gotong royong secara guyub agar terbangun kertja sama.

Mengundang jiran tetangga hadir di acara walimatul khitan, juga dimaksudkan agar mereka turut memberikan doa yang baik pada anak yang baru dikhitan agar sehat dan tumbuh cerdas menjadi anak yang saleh, berbakti kepada orang tua, taat beribadah menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT, dan berguna bagi nusa dan bangsa.

Hari ini tadi warga RT 012 guyub mengawal kelancaran acara walimatul khitan Alka Fairuz Dinata. Acara tersebut juga turut dihadiri MMP Sekala Brak Kepaksian Pernong, Raja Semuka Dalom 2 dan Raja Temenggung dan yang sangat mengesankan hadir di tengah acara para hadirin Mr. Cristian yang datang langsun dari Amerika Serikat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...